Pengembangan Dana Damandiri, Imam Budidayakan Ayam Kate dan Love Bird

SABTU, 14 JANUARI 2017

JAKARTA — Jejak Pemberdayaan Yayasan Damandiri — Ada cerita menarik di balik halaman pertama lembar kehidupan Titin Sumartini, yakni tentang bagaimana suaminya, Imam, berjibaku merintis budidaya ayam kate dan love bird. Bukan membicarakan hasil budidaya besar, akan tetapi bagaimana jejak pemberdayaan sebuah keluarga bisa dilakukan Yayasan Damandiri dengan menyentuh kehidupan sehari-hari mereka. Dan keseharian Imam adalah sebagai penggemar burung kicau dan ayam kate. [Baca juga: Tambahan Modal dari Damandiri, Titin Raih Omset Satu Juta per Hari]
Salah satu induk betina ayam kate favorit Imam

Setelah Titin menerima tambahan modal usaha melalui Tabungan Kredit Pundi Sejahtera atau Tabur Puja dari Yayasan Damandiri untuk usaha warung sembako, ia semakin aktif dalam kegiatan Posdaya Melati 1 RW011 Bukit Duri, Jakarta Selatan. Melihat ini, Imam menjadikannya sebagai momentum lebih fokus mengembangkan hobi memelihara burung menjadi sesuatu yang menghasilkan, yakni usaha budidaya mikro love bird dan ayam kate.

Imam menggunakan teras rumah sebagai tempat budidaya love bird dan balkon lantai dua belakang rumahnya untuk budidaya ayam kate. Dana awal diambil dari sedikit laba usaha warung yang mulai berkembang berkat pinjaman Tabur Puja, ditambah sedikit uang tabungan Imam. Kurang lebih 2 Juta rupiah, dan sepertinya cukup untuk memulai usahanya tersebut, pikir Imam.
“ Induk ayam kate dan love bird saya beli dari Pasar Burung Pramuka dan Jatinegara, Jakarta Timur. Kandang maupun sangkar ada yang beli dan ada pula yang saya buat sendiri untuk menekan modal usaha,” Imam mengawali kisah budidaya mikronya.
Budidaya Mikro Love Bird
Mengembangkan budidaya love bird bukan perkara mudah, namun bagi Imam itu sama saja menyalurkan hobi. Ia membeli dua pasang love bird usia 8 bulan untuk dipijah (dikawinkan). Tidak mencapai satu bulan, sudah bisa bertelur sebanyak 5-6 butir. Dari semua telur, kemungkinan menetas sebanyak 3-4 butir telur. Sisa telur biasanya busuk dan dibuang.
Aktivitas Titin Sumartini (duduk paling kanan) dalam Posyandu Lansia Posdaya Melati 1, Bukit Duri

Love bird adalah burung kicau dengan bulu yang berwarna-warni di tubuhnya. Warna love bird pada umumnya kuning kemerahan. Keistimewaan love bird yang turut mempengaruhi nilai jual adalah jika bulunya secara keseluruhan berwarna merah atau biru. Harga jualnya antara harga 500-700 ribu rupiah per ekornya. Sedangkan jika warna matanya merah menyala, pembeli pasti rela merogoh kocek sampai satu Juta rupiah.

Karena love bird adalah golongan jenis burung kicau, jika seekor love bird mampu berkicau selama 3 menit tanpa terputus sekalipun, pembeli berani merogoh kocek sampai ratusan juta untuk membeli burung tersebut. Untuk melatih kicauan love bird butuh obat atau istilahnya disebut doping dengan harga yang sangat mahal. Imam tidak menempuh jalan itu, sebagai penggemar atau hobbiis ia tertantang untuk budidaya sampai suatu saat muncul salah satu anak love bird dengan kemampuan kicau sempurna. Makanan love bird yang digunakan Imam juga sangat tradisional, yakni jagung dan kangkung serta sayuran hijau lainnya.
Budidaya Mikro Ayam Kate
Dua pasang bakal induk ayam kate berusia 6 bulan dipijahkan atau dikawinkan Imam dengan telaten. Dari dua pasang indukan tersebut menetas kurang lebih 20 ekor ayam kate aneka warna. Dan dari 20 ekor tersebut kembali dipilih Imam sebanyak dua pasang sebagai induk berkualitas demi menambah jumlah induk ayam kate miliknya. Berarti sudah empat pasang induk ayam kate yang siap menjadi andalan budidaya Imam.
Ayam kate adalah jenis ayam hias dan memerlukan ketekunan dalam perawatan. Menurut Imam, ayam kate bisa mengenal tuannya sama seperti seekor anjing atau kucing mengenali tuannya atau orang yang memeliharanya. Kebiasaan bertelur ayam kate sama dengan ayam lain pada umumnya, namun jika induk dibiarkan mengerami telur secara alamiah, produksi telur akan tersendat. Oleh karena itu, Imam kerap memisahkan telur-telur agar induk betina bisa terus mengeluarkan telurnya kembali sebanyak-banyaknya. Untuk pakan sehari-hari, Imam memberikan ayam kate peliharaannya dengan beras merah. 
” Selain pertumbuhannya bagus, juga kotoran yang dikeluarkan tidak berbau agar tidak mengganggu kenyamanan tetangga,” pungkas Imam.
Ayam kate usia 3-5 bulan sudah bisa dijual. Baru-baru ini, Imam panen ayam kate dan menjual sekitar 10 hingga15 ekor dengan harga antara 50 hingga 100 ribu rupiah per ekornya. Keistimewaan ayam kate sebagai ayam hias adalah ekornya bisa berdiri sampai hampir menyentuh kepalanya sendiri. Dan bagi ayam kate jantan, jambul dengan warna merah menyala yang berdiri tegak akan menambah nilai jual. Sepasang sayap ayam kate agak turun ke bawah hampir menyentuh tanah, dan hewan ini juga bisa terbang seperti ayam hutan tapi tidak tinggi dan malayang dari satu tempat ke tempat lain, melainkan hanya sebatas untuk naik dan turun dari tempat yang tinggi.
Love bird sedang melindungi anak-anaknya

Dari usaha budidaya mikro love bird dan ayam kate yang ditekuninya, Imam memang belum menghasilkan uang dalam jumlah besar. Tapi dari modal yang dikeluarkan sebelumnya, sudah menyentuh BEP atau Break Even Point, alias kembali modal. Sekarang tinggal bagaimana mengembangkan apa yang sudah ada. 

“ Dengan bertambahnya modal usaha warung, otomatis secara bertahap penghasilan warung bertambah dengan sendirinya. Suami bisa lebih fokus mengembangkan usaha kecil lain.  Karena dia hobby serta tekun memelihara burung dan ayam, usaha itulah yang dipilihnya sambil menemani saya mengurus anak-anak, warung dan Posdaya. Kami saling mendampingi serta melengkapi satu sama lain,” ucap Titin menutup pertemuan.

Jurnalis : Miechell Koagouw / Editor : ME. Bijo Dirajo / Foto : Miechell Koagouw

Lihat juga...