Pemerintah Pusat Diminta Serius Bangun Perfilman Nasional

MINGGU, 22 JANUARI 2017

JAKARTA — Kantong-kantong penggemar film nasional terbesar berada di luar megapolitan Jakarta bahkan menyentuh daerah terpencil. Sebut saja mulai dari Sumatera dengan kabupaten-kabupaten yang menjadi bagian di dalamnya, beranjak ke Pulau Jawa mulai Jawa Barat, contohnya Subang, Purwakarta, lalu terus ke Jawa Tengah seperti Purwokerto, Gombong dan Magelang. Sampai ke Kalimantan, Sulawesi, bahkan menyeberang ke ujung timur nusantara yakni Papua, adalah basis-basis penggemar film nasional. Namun di setiap kabupaten yang disebutkan serta kabupaten lainnya tidak ada fasilitas bioskop yang memadai untuk masyarakat.

Guntoro Sulung

Keberadaan bioskop hanya di ibukota provinsi, contohnya untuk Kalimantan hanya di Samarinda, Palangkaraya, Banjarmasin dan Pontianak. Sedangkan untuk Sulawesi hanya ada di Manado dan Ujung Pandang atau Makasar. Paling miris adalah Nusa Tenggara Barat, dimana bioskop hanya ada satu-satunya di Mataram, Lombok, sedangkan ke timur menuju Sumbawa, Bima sampai Sumba tidak tersedia fasilitas bioskop. Jumlah bioskop tidak berimbang dengan jumlah penggemar film nasional, padahal jika massa film nasional bisa dikelola dengan baik, perfilman Indonesia tidak akan kembang kempis seperti sekarang ini.

Bagi pelaku film nasional, total penonton 100 ribu orang saja sudah sebuah pencapaian yang disyukuri sekarang. Memang ada beberapa film nasional yang memiliki pencapaian penonton yang luar biasa, salah satunya WARKOP DKI REBORN, bisa mencapai 7 juta penonton, akan tetapi dibalik pencapaian tersebut ada angka biaya operasional yang tidak kalah luar biasa jumlahnya. Dengan memanfaatkan setiap kantong penikmat film nasional, biaya operasional bisa di tekan melalui kehadiran bioskop di masing-masing kabupaten.

Lihat juga...