“Memang benteng ini dibuat cukup dekat dengan Kraton, dengan tujuan agar masuk jarak tembak meriam, sekaligus juga bisa mengawasi gerak-gerik Kraton dan Alun-Alun dari benteng. Karena hal itulah, Sultan pada waktu itu kemudian menanami kawasan sekitar alun-alun dengan pohon rindang agar menghalangi pandangan dari benteng,” ujarnya.
![]() |
parit atau jagang di luar benteng |
Pada masa awal pendiriannya, benteng ini dikatakan masih sangat tergantung pada Kraton Yogyakarta. Sebelum adanya sumur, suplai air bagi para anggota militer yang tinggal di benteng ini berasal dari Kraton Yogyakarta yang dialirkan lewat pipa-pipa dan ditampung dalam sebuat tempat penampungan yang ada di sisi sebelah pojok selatan bagian timur benteng.
Sebelum bernama Benteng Vrederburg, benteng ini dulu bernama Benteng ‘Rustenburg’, yang berarti benteng peristirahatan. Karena memang benteng ini selain sebagai basis militer juga berfungsi sebagai tempat tinggal prajurit dan para petinggi militer Belanda saat berkunjung ke Yogyakarta.
“Bahkan sejumlah sumber menyebut, sebelum Gedung Residen (sekarang Gedung Agung) dibangun, tempat tinggal Residen ada di dalam kompleks benteng ini, yakni di sisi sebelah timur,” ujarnya.
Terjadinya gempa dahsyat pada tahun 1867 di Yogyakarta membuat benteng dan sejumlah bangunan di dalamnya rusak, sehingga benteng pun dipugar. Setelah diadakan pemugaran, nama benteng kemudian dirubah menjadi benteng Vrederburg yang berarti benteng perdamaian. Hal ini sekaligus menjadi tanda baiknya hubungan antara Belanda dan Kraton yang tidak saling menyerang.
![]() |
lokasi penempatan meriam di pojok bangunan benteng |
Memiliki luas sekitar 8 hektar dengan bentuk persegi, kompleks benteng Vrederburg yang biasa disebut Lodji Gede ini berisi sejumlah bangungan diantaranya kantor perwira, kantor
asministrasi, barak prajurit, dapur umum, poliklinik, gudang senjata, hinga rumah singgah dan tempat hiburan berupa bar dan ruang bilyard. Di dalam kompleks benteng ini juga terdapat ruang tahanan atau penjara serta sumur bawah tanah.