Yukio Nidal Ahmad, Talenta Muda SSB PS Mahasiswa Jakarta

MINGGU, 11 DESEMBER 2016

JAKARTA — Yukio Nidal Ahmad, akrab disapa Kio. Lahir pada 21 November 2007. Anak kedua dari pasangan pekerja seni, Adjie Nur Ahmad dan Mima Yusuf, itu adalah siswa terbaik Sekolah Sepak Bola (SSB) PS Mahasiswa Jakarta. Bakat terpendam bocah kelas IV SD berusia 9 tahun dalam bermain sepak bola tersebut sudah terlihat sejak ia berusia 6 tahun. Postur tubuhnya yang mungil membuatnya memiliki kecepatan, sehingga oleh tim pelatih ditempatkan sebagai striker atau penyerang.
Yukio Nidal Ahmad.
Menurut tim pelatihnya, Kio memiliki bakat murni sebagai seorang pemain sepak bola dan memiliki kecepatan, dan cerdas di lapangan. Meski postur tubuhnya mungil, Kio tergolong pemain pemberani. Sanggup duel satu lawan satu maupun menghadapi hadangan beberapa pemain sekaligus yang berpostur lebih besar.
Sebagai seorang striker, Kio jarang mencetak gol. Namun, ia pintar melihat celah untuk memberikan assist atau umpan bagi rekan-rekannya untuk mencetak gol. Berikut petikan wawancara eksklusif Cendana News dengan Kio, talenta muda SSB PS Mahasiswa;
Cendana News : Halo Kio, sejak kapan kamu suka dan mulai bermain sepak bola?
Kio: Halo juga, saya bermain dan menyukai sepak bola sejak berusia 6 tahun.
Cendana News : Kamu bermain di posisi apa?
Kio : Saya bermain sebagai attacking midfielder, semacam pemberi assist atau umpan.
Cendana News : Artinya, kamu jarang mencetak gol?
Kio : Tidak juga, jika ada kesempatan saya bisa mencetak gol. Tapi, tugas utama saya memberi assist.
Cendana News : Siapa pemain dan klub favorit kamu?
Kio : Pemain favorit saya, Zulham Zamrun dan Philippe Coutinho. Untuk klub favorit, Persib Bandung dan Liverpool.
Cendana News : Postur tubuh kamu kecil, apakah kamu takut jika dihadang pemain lawan dengan postur tubuh lebih besar dari kamu?
Kio : Tidak takut.
Cendana News : Apa pendapat kamu tentang tim pelatih di SSB PS Mahasiswa?
Kio : Saya baru tiga bulan di sini, tapi semuanya baik.
Cendana News : Dil uar jadwal latihan SSB, apakah kamu juga tetap bermain bola?
Kio : Iya, setelah belajar, saya ikut futsal sama teman-teman di sekolah.
Cendana News : Apa cita-cita kamu yang sebenarnya?
Kio : Jadi pemain sepak bola.
Kio bersama kedua orangtuanya yang selalu menemaninya berlatih sepak bola.
Menanggapi hasil wawancara Cendana News dengan anak bungsunya, ayah Kio, Adjie NS, tidak terkejut. Adjie sudah mengerti, jika Kio memang begitu memperhatikan sepak bola dalam kesehariannya. Bahkan di gadget miliknya, tidak ada satu pun video atau gambar selain tentang sepak bola.
Menurut Ibunda Kio, Mima Yusuf, istilah-istilah posisi seorang pemain sepak bola juga kerap dipelajari dengan seksama. “Jadi saya juga tidak heran kalau Kio mengerti posisi dan tugas seorang attacking midfielder, karena dia memang mempelajari itu semua lewat internet. Dan, yang dia pelajari akan dipraktikkan di lapangan saat latihan,” tutur Mima.
Keluarga sangat mendukung keinginan Kio untuk menjadi pemain sepak bola profesional. Kedua orangtuanya pun selalu menemani Kio saat berlatih sepak bola. Adjie terus memberi semangat kepada anaknya agar fokus dalam mengejar cita-cita. 
Kio ketika berlatih sepak bola.
“Saya bilang sama dia, apa pun cita-citamu raihlah itu dan lakukan semua dengan serius agar hasil yang kamu dapatkan kelak bisa optimal. Apa pun yang akan terjadi di masa mendatang itu urusan belakang. Tapi, jalani saja dengan sungguh-sungguh, itu kata kuncinya untuk mengejar kesuksesan,” kata Adjie.
Kio memang belum mengukir banyak prestasi. Namun, talentanya sudah mulai terlihat, sehingga membutuhkan kejelian tim pelatih untuk memolesnya agar lebih matang. Pemain kelas dunia seperti Lionel Messi pernah berada dalam posisi, bahwa ia memiliki talenta namun postur tubuhnya yang terlalu kecil ditambah belum adanya prestasi, hampir membuatnya terlempar dari tim junior Barcelona FC. Adalah tim pelatih junior Barca yang melihat talenta Messi dan segera memolesnya secara perlahan.
Bayangkan, jika tim pelatih junior Barcelona FC tidak jeli, Barcelona FC tidak akan begitu menakutkan seperti sekarang ini.
Jadi, untuk melihat bibit unggul pemain sepak bola, tim pelatih SSB PS Mahasiswa sudah tepat dalam menangani Kio. Yang diperlukan selanjutnya adalah memberinya kesempatan dan kepercayaan untuk bermain secara reguler dalam setiap kejuaraan maupun pertandingan persahabatan yang dilakukan SSB PS Mahasiswa.
“Selain memiliki talenta, Kio bisa menjadi inspirasi bagi rekan-rekannya. Karena setiap ada jadwal pertandingan, mereka akan bertanya kepada kami apakah Kio bermain atau tidak. Mereka seperti punya harapan dan semangat, jika ada Kio di lapangan. Talenta Kio semakin lengkap, sehingga kami akan terus memoles permainannya,” terang Kristianto, tim pelatih SSB PS Mahasiswa.
Indonesia tidak pernah kehabisan pemain berbakat. Sekarang tinggal PSSI sebagai induk organisasi sepak bola di Indonesia meluncurkan program-program pembinaan yang sistematis serta terukur untuk menangani para pemain junior. Tentunya program-program itu harus disertai dana yang tidak sedikit. Namun, apa pun itu, jika memang untuk kemajuan sepak bola nasional, PSSI sudah seharusnya mampu melakukannya.

Jurnalis : Miechell Koagouw / Editor : Koko Triarko / Foto : Miechell Koagouw

Lihat juga...