RABU, 2 MARET 2016
Jurnalis: Harun Alrosid / Editor: Gani Khair / Sumber foto: Harun Alrosid
YOGYAKARTA—Beragam pandangan dalam melihat kiprah Jendral Besar Soeharto dalam Serangan Oemoem 1 Maret, di Yogyakarta. Terlepas dari kontroversi yang ada, Presiden ke – 2 Indonesia ini patut untuk diabadikan semua perjuangan serta pengabdiannya untuk bangsa dan negara.
![]() |
Djoko Utomo |
Bagi kalangan tertentu, sosok HM. Soeharto disebut-sebut sebagai pemimpin yang taat hukum dan sangat menghargaan konstitusi Indonesia. “Apapun orang bilang, Pak Harto itu secara faktual dipilih oleh MPR setiap 5 tahun sekali,” ucap Djoko Utomo disela-sela acara jalan sehat memperingati SO 1 ke 67, di Museum HM. Soeharta, Senin (01/03/16).
Mantan Kepala Arsip Nasional 2004-2009 itu mengaku sangat mengagumi kepribadian Pak Harto. Tidak hanya sebagai pemimpin bangsa, tetapi secara pribadi Bapak Pembangunan merupakan sosok yang taat hukum dan relegius.
Menurut Djoko, kepemimpinan Soeharta hingga 32 tahun dan dipilih setiap 5 tahun tak lain untuk menegakkan konstitusi sesuai dengan Undang-Undang 1945. “Pak Harto sangat menghormati Undang-Undang, Ia juga tidak mau diangkat menjadi presiden seumur hidup,” terangnya.
Selain menjadi pribadi yang taat hukum, Soeharto juga dikenang sebagai sosok yang religius. Dari sejumlah dokumen yang ditemukan, terdapat sejumlah foto yang menggambarkan Presiden ke 2 Indonesia itu tengah sholat. “Kalau masalah ketuhanan, Ia (Soeharto) luar biasa. Bukannya selama ini kalau namanya berakhiran To, disebut kejawen,” jelasnya.
Yang membuat Djoko prihatin adalah saat ini bangsa Indonesia banyak yang melupakan sejarah. Perjuangan dan pengabdian pemimpin terdahulu seolah-olah telah hilang dan banyak dimunculkan sesuatu yang dinilai buruk.
Padahal, menurut Djoko, semua Presiden adalah baik, karena Ia dipilih oleh rakyat. “Nah sekarang bagaimana kita menghargai para pemimpin. Kalau sekarang beda, yang baik dikatakan buruk. Siapa yang menjadi temannya jadi baik. Negara turut serta mencerdaskan bangsa, jangan sampai kebalikannya. Termasuk juga dalam menempatkan sejarah,” pungkasnya.