LAMPUNG — Jelang perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1938 yang akan jatuh 9 Maret mendatang, umat Hindu Bali di beberapa wilayah di Lampung mulai bergotong royong membuat ogoh ogoh untuk diarak pada Hari Pengerupukan, satu hari menjelang Nyepi.
Ogoh-ogoh berbentuk drakula yang dikerjakan umat Hindu Bali di Lampung
Ogoh-ogoh yang dibuat setiap banjar di desa adat, diantaranya di Desa Sumbernadi Kecamatan Ketapang yang mayoritas memeluk agama Hindu, mulai dikerjakan oleh beberapa pemuda menggunakan bahan kayu, bambu, kertas, gabus, kain serta berbagai bahan lain. Pembuatan ogoh ogoh dilakukan berdasarkan kelompok banjar atau dusun yang ada di desa setempat dengan melibatkan warga.
Menurut salah satu tokoh masyarakat di Desa Sumbernadi, Wayan Subawe (56), kegiatan pembuatan ogoh ogoh merupakan sebuah kegiatan untuk menyambut datangnya Tahun Baru Saka 1938 dan ditandai dengan perayaan Nyepi yang jatuh pada 9 Maret 2016 mendatang.
Ia pun menegaskan sosok yang digambarkan dalam bentuk Ogoh-ogoh seperti bentuk raksasa, binatang menyeramkan dan lainnya dibuat sebagai simbolisasi karakter buruk yang ada di dalam diri manusia.
”Ogoh-ogoh dibuat supaya ingat bahwa kejahatan tidak boleh ada dalam diri kita dan simbolnya karakter jahat dan kejam yang dibuat dalam bentuk patung,” tegasnya.
Perlu diketahui bahwa Ogoh-ogoh dibuat oleh masyarakat Hindu di Bali untuk diarak dimalam Pengerupukan atau tepat di satu hari menjelang Nyepi.
Ogoh-ogoh diarak keliling kota dan dibatasi di wilayah adat masing-masing lalu dibakar untuk mengusir sifat negatif yang disimbolkan didalam sosok Ogoh-ogoh.
Wayan Darwadi bersama rekan rekan lainnya mengaku membuat ogoh ogoh dengan karakter drakula, setan, raksasa, yang dibuat selama tiga minggu. Aktifitas pembuatan dilakukan sesudah kerja dan dikerjakan bersama sama.
“Kita tetap melakukan aktifitas harian seperti biasa kemudian saat sore ada waktu luang dikerjakan bersama sama mulai pengerjaan kerangka hingga proses akhir terbentuk ogoh ogoh,”ungkapnya.
Karena ogoh ogoh milik kelompok menurut Wayan, warga lain yang tidak terlibat bisa melakukan iuran untuk proses pembuatan ogoh ogoh tersebut sebesar Rp.100ribu perorang. Jika dibuat sendiri akan menelan biaya yang cukup besar, yakni lebih kurang Rp.3juta hingga Rp.5juta tergantung ukuran dan variasi.
Ia mengaku sesudah ogoh ogoh selesai dibuat maka akan disiapkan tatakan yang dipergunakan untuk mengangkat ogoh ogoh tersebut. Diperlukan puluhan bambu yang akan dipergunakan mengangkat ogoh ogoh yang dilakukan puluhan orang saat malam tilem.
Wayan mengungkapkan target pembuatan ogoh ogoh sebelum pawai diharapkan tercapai. Beberapa warga lain bahkan membuat ogoh ogoh dengan tinggi 5 meter dan berat 50 kilogram lebih. Ogoh ogoh yang selesai dibuat termasuk ogoh ogoh besar yang dibeli dari wilayah lain akan diarak keliling kampung pada Selasa (8/3) mendatang dengan diiringi sejumlah kesenian khas Bali. Selesai diarak semua ogoh ogoh akan dikumpulkan di Pura Puseh desa Sumbernadi untuk dimusnahkan dengan cara dibakar.
“Sebelum tapa Brata Penyepian, ogoh ogoh akan dibakar,”ungkap Wayan.
Wayan Subawe menyebutkan, rangkaian kegiatan Nyepi mengikuti kalender Bali dimulai dengan persiapan diantaranya saat hari Kajeng Keliwon Uwudan, Tilem dan puncaknya saat Hari Raya Nyepi, dengan melakukan catur brata penyepian dan meditasi.
Selain itu makna persiapan Nyepi merupakan saat untuk instropeksi diri terkait apa yang sudah dilakukan dan rencana apa yang akan dilakukan untuk kehidupan masyarakat.
“Nyepi itu maknanya kita mengheningkan, menentramkan diri kita selama satu kali duapuluh empat jam untuk instropeksi. Hal apa yang kita lakukan selama ini, baik yang baik dan yang buruk,” kata Wayan Subawe (2/3/2016).
Selama merayakan hari suci Nyepi, setiap umat Hindu merenungkan rencana apa untuk masa depan, esoknya, dan seterusnya. Supaya kualitas kehidupan manusia menjadi lebih baik.