SABTU, 12 MARET 2016
Jurnalis : Eko Sulestyono / Editor : ME. Bijo Dirajo / Sumber Foto: Eko Sulestyono
JAKARTA — Di sekitar kawasan Monumen Nasional (Monas) Jakarta Pusat, setiap hari Sabtu dan Minggu atau hari libur nasional lainnya, banyak ditemui moda angkutan tradisional warisan nenek moyang yang ditarik oleh seekor kuda, yang dikenal dengan nama Delman.
Delman |
Delman memang sangat populer di tanah air, merupakan salah satu angkutan transportasi tradisional yang sudah ada di Indonesia sejak pada jaman penjajahan pemerintah kolonial Belanda.
Seiring dengan perkembangan jaman, jumlah Delman semakin bekurang, kalah bersaing dengan moda angkutan transportasi kendaraan bermotor yang modern.
Dulu saking populernya Delman, sampai-sampai ada lagu khusus yang menceritakan tentang Delman, kira-kira syairnya seperti ini “pada hari minggu ku turut ayah ke kota, naik delman istimewa ku duduk di muka, duduk disamping pak kusir yang sedang bekerja, mengendarai kuda supaya baik jalannya, tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk….suara sepatu kuda“.
Dulu pada masa jayanya, para kusir Delman banyak meraup rezeki mengangkut penumpang berkeliling di kawasan seputar Monas, Jakarta Pusat pada tahun 1940-2005 an. Namun sekarang seiring dengan semakin banyaknya sarana transportasi kendaraan bermotor, lama kelamaan penumpang Delman jumlahnya mengalami penurunan.
Usman atau yang akrab disapa Uus, seorang kusir Delman di Monas mengatakan, dulu saat Delman masih diperbolehkan beroperasi di dalam area Taman Monas, pendapatan lumayan, selama dua hari, Sabtu dan Minggu bisa mencapai 250-500 ribu Rupiah.
“Sebenarnya para kusir Delman di kawasan sekitar Monas sampai saat ini masih ingin tetap eksis, kami berusaha untuk tetap bertahan di sekitar Monas, meski jumlah penumpangnya cenderung mengalami penurunan, angkutan Delman itu unik karena biasanya diwariskansecara turun-menurun mulai dari buyut, kakek, ayah ke anak dan bahkan sampai ke cucu” kata Usman saat ditemui Cendana News di sekitar kawasan Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (12/3/2016).