Menanggapi Harapan Pemilik Pabrik Es, Titiek Soeharto Berkomitmen Terus Berjuang melalui Komisi IV

SABTU, 13 FEBRUARI 2016
Jurnalis : Koko Triarko / Editor: Gani Khair / Sumber foto : Koko Triarko

YOGYAKARTA—Sabtu (13/2/2016), Titiek Soeharto meninjau sejumlah potensi ekonomi kerakyatan yang ada di pesisir selatan Pantai Depok, Bantul, Yogyakarta, seperti Pabrik Es Balok, Pasar Ikan Depok dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang semuanya dikelola oleh Koperasi Mina Bahari 45 Depok.
Tiba di kawasan obyek wisata Pantai Depok, Bantul, Yogyakarta, Titiek Soeharto didampingi Pelaksana Harian Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan DIY, Suwarman, Anggota DPRD DIY Fraksi Golkar, Agus Subagyo, dan DPRD Bantul dari Komisi B, Widodo, Wakil Ketua DPRD Bantul, Arnityas Palupi serta segenap muspika setempat, langsung meninjau Pabrik Es Koperasi Wisata Mina Bahari 45 Depok di dusun Parangtritis, Kretek, Bantul, Yogyakarta. 
Pabrik tersebut telah berdiri sejak 2012, dan dikelola swadaya oleh anggota Koperasi Mina Bahari 45. Tak sekedar melihat dari jauh, Titiek Soeharto masuk ke dalam pabrik es dan bertanya mengenai potensi dan kendalanya.
Titiek Soeharto berkomunkasi untuk menemukan solusi
Pengelola Pabrik Es Mina Bahari 45, Suwondo, pun menjelaskan, pabrik es yang dikelolanya memiliki kapasitas produksi sebanyak 200 balok es. Dengan jumlah kapasitas produksi tersebut, dalam sehari pihaknya hanya mampu menjual sebanyak 140-180 balok. 
Jumlah tersebut merupakan batas aman penjualan, agar persediaan es tetap terjaga kesinambungannya. Namun demikian, Suwondo mengatakan, jika kapasitas produksi tersebut baru bisa memenuhi separuh dari kebutuhan es di Bantul yang dalam seharinya membutuhkan sebanyak 400 balok es. 
Harga jual es balok produksi Pabrik Es Koperasi Mina Bahari 45 sebesar Rp. 20.000 per-balok. Dengan jumlah tenaga kerja 4 orang, Suwondo mengaku penghasilannya masih kurang. Hal ini menurutnya karena mesin yang digunakan tergolong mesin lama, sehingga boros listrik. 
Titiek Soeharto meninjau langsung mesin produksi es
“Pabrik es kami masih menggunakan mesin Bidzer buatan Jerman yang sangat boros listrik”, ujar Suwondo, sembari mengimbuhkan, dengan borosnya listrik itu menyebabkan setiap bulannya ia harus mengeluarkan biaya listrik sebesar Rp. 40 Juta sebulan.
Karena itu, Suwondo berharap, ada bantuan untuk penggantian mesin es balok di pabriknya, sehingga kesejahteraan anggota bisa lebih meningkat. Terhadap harapan itu, Titiek Soeharto pun mengatakan jika pihaknya bersama Komisi IV DPR RI akan selalu mencari jalan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan. 
Putri Bapak Pembangunan ini memang termasuk wakil rakyat yang tidak banyak gembar gembor terhadap pemilihnya. Ia seolah mencontoh gaya kepemimpinan Pak Harto yang sedikit slogan, miskin jargon, tapi padat karya. Yang artinya, Titiek Soeharto sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR RI akan sungguh-sungguh memperjuangkan kesejahteraan tanpa banyak janji muluk di depan.
Lihat juga...