Jejak Pak Harto Membangun Pelabuhan di Sulawesi Tenggara

Pelabuhan Kassipute Kabupaten Bombana

Di zaman Alala masih menjabat gubernur Sultra, pelabuhan terbesar di Kota Kendari  hanya ada Pelabuhan Kendari yang kini dijadikan pelabuhan untuk menghubungkan Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Muna. Letak pelabuhan tersebut  di ujung kota lama. Pelabuhan itu terbuat dari kayu.

Kapal yang  singgah di pelabuhan kota lama ini, hanya kapal  kayu milik rakyat. Karena itu, pelabuhan ini juga dikenal dengan nama Pelra alias pelabuhan rakyat. Kapal yang pernah meramaikan Pelra, seperti KM Ilologading dan KM Imalombasi. Kapal rakyat tersebut melayani penumpang tujuan Raha, Ibukota Kabupaten Muna dan Baubau, Ibukota Kabupaten Buton sebelum berpisah menjadi otonom Kota Baubau.
Pelabuhan itu sangat ramai digunakan kapal rakyat antara tahun 1984 sampai 1990-an.  Kemudian awal tahun 1990-an, mulailah kapal cepat masuk melayani muatan penumpang tujuan Raha dan Baubau. Nama kapal cepat itu adalah KM Ario. Dinamakan kapal cepat, karena waktu tempuh menuju dua pelabuhan hanya sekitar 6 sampai 7 jam lamanya. Sedangkan kapal rakyat, harus menempuh 12 sampai 14 jam lamanya.
Selain kapal rakyat yang berlabuh, ada juga kapal niaga kapasitas kecil yang berlabuh untuk membongkar muatan sembilan bahan pokok dari provinsi lain di Indonesia. Kapal niaga itu masih terbuat dari kayu.
“Dulu kalau kita mau ke Raha atau Baubau, harus naik kapal kayu satu malam. Kita berangkat sore, tiba di pelabuhan Raha sekitar jam 8 malam, di Baubau subuh jam 3 atau jam 4,” ungkap Zain P yang kini berdomisili di Kota Raha, Kabupaten Muna. Yang jelas pada tahun 1990-an transportasi laut masih sangat terbatas.

Lihat juga...