![]() |
Putri pariwisata berbakat NTB, Mahni nampakmenangis menceritakan pengalamannya mendapatkan perlakuan diskriminatif sewaktu pertama kali menempuh studi di Pulau Jawa dulu |
MATARAM — Tokoh perempuan masyarakat adat Bayan, Kabupaten Lombok Utara yang juga putri pariwisata berbakat Nusa Tenggara Barat meminta kepada masyarakat adat supaya dalam setiap kesempatan di forum – forum pertemuan, diskusi maupun yang menempuh studi di luar daerah untuk tidak malu menyebutkan diri sebagai masyarakat adat.
“Kepada teman-teman masyarakat yang sedang menempuh studi di luar daerah maupun dalam kesempatan acara apapun untuk tidak malu menyebutkan diri dari masyarakat adat,” kata putri pariwisata berbakat NTB, Mahni di Mataram, Sabtu (17/10/201) sambil menangis mengenang bagaimana dirinya pernah dicap sebagai masyarakat kolot sewaktu pertama kali menginjakkan kaki melakukan studi di Pulau Jawa.
Menurut Mahni, banyak teman-teman dari kalangan masyarakat adat terutama dari NTB saat hadir di forum-forum diskusi maupun menempuh studi di luar daerah malu mengakui dirinya dari masyarakat adat, lebih-lebih masyarakat adat Bayan Kabupaten Lombok Utara yang kerap dipersepsikan kolot bodoh dan terbelakang.
Kebanyakan teman – teman akan lebih bangga menyebut dirinya berasal dari Kota seperti Mataram atau Pulau Lombok secara umum, mereka tidak bangga menyebutkan diri dari masyarakat adat, padahal masyarakat bagi saya adalah masyarakat yang lebih cerdas, lebih peka dan lebih peduli terhadap kehidupan.
“Karena masyarakat adatlah, kelestarian hutan dan keanekaragaman ekosistem, berbagai spesies lain yang hidup dan berkembang di hutan termasuk mata air seperti di hutan Bayan KLU masih bisa tetap terjaga kelestariannya sampai sekarang dan bisa menghidupi jutaan masyarakat NTB sampai sekarang,” katanya.
MINGGU, 18 Oktober 2015
Jurnalis : Turmuzi
Foto : Turmuzi
Editor : ME. Bijo Dirajo