Kekeringan areal persawahan |
CENDANANEWS (Padang) – Peralihan dari musim kemarau ke musim hujan di Kota Padang, membuat ratusan masyarakat di Kampuang Tampat Kamuniang RT 01 RW 03 , Kelurahan Belimbing, Kecamatan Kuranji, Kota Padang Sumatera Barat (Sumbar) kembali kekeringan dan krisis air bersih. Petaka ini sudah berlangsung bertahun-tahun, dan pemerintah belum mampu mengatasinya.
Para warga harus berjalan ratusan meter untuk mencari air bersih memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kondisi ini karena sebagian besar sumur masyarakat mengering sejak beberapa waktu lalu. Sementara itu, aliran air di pipa PDAM tidak mengalir.
Salah seorang warga sekitar, Nur Cahaya mengaku, kondisi seperti ini sudah terjadi satu bulan belakangan, pasca perbaikan irigasi dan sulitnya turun hujan. Ratusan masyarakat kampung tersebut terpaksa mengambil air secara bergantian di sebuah sumur tua di lembah kampung.
Saluran irigasi yang sedianya digunakan untuk pengairan sawah juga digunakan masyarakat sebagai konsumsi air bersih karena karena tidak tersedianya air dari PDAM.
Jarak dari sumur ke rumahnya masyarakat 500 meter lebih. Kondisi tersebut dipersulit dengan sempit dan terjalnya jalan menuju lokasi.
“Kami sudah satu bulan mengambil air disini. Meski sumur masyarakat kering, sumur tua ini tetap memiliki air dan bisa diambil masyarakat,” ujarnya, Minggu (24/5/2015).
Nur Cahaya merasa khawatir jika kondisi ini berlangsung sampai bulan ramadhan. Sebab, pada bulan tersebut kebutuhan air masyarakat meningkat. Terlebih informasi yang beredar pengerjaan irigasi akan berlangsung selama enam bulan kedepan dan baru dikerjakan satu bulan.
“Kami meminta ada kebijakan pemerintah seperti memberikan bantuan air bersih atau mempercepat pengerjaan proyek tersebut,” ujarnya.
Menurut Nur Cahaya, kekeringan dan kesulitan air bersih terjadi setiap tahun. Sebab, aliran Sungai Batang Kuranji sudah rusak, dan berdampak kepada sumur masyarakat. Kemudian, banyaknya jumlah penduduk membuat kapasitas air sulit memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Kami masyarakat satu kampung mengantungkan diri pada air sumur. Sehingga jika terjadi kekeringan atau sulit datang hujan kami kesulutan mencari air,” ujarnya.
Warga lain, Titi Nurbaiti hanya mengambil sisi lain dari masalah ini. Menurutnya, saat mengambil air di sumur secara bersama bisa mempererat silaturahmi. Karena saat pagi dan sore hari secara otomatis dirinya akan beretemu dengan masyarakat lain.
Sisi dukanya adalah, mereka harus lelah dan bekerja keras mendaki dan melewati jalan terjal dari sumur sampai ke rumah mereka. Bahkan dalam sehari mereka harus turun naik beberapa kali.
“Kami harus bekerja keras untuk mendapat air. Pekerjaan menjadi bertambah dan menyulitkan anak sekolah,” ujarnya.
Sampai berita ini dibuat masyarakat mengaku belum ada bantuan dari pemerintah untuk air bersih. Bahkan, pengerjaan irigasi masih berlangsung.
——————————————————-
Minggu, 24 Mei 2015
Jurnalis : Muslim Abdul Rahmad
Fotografer : Istimewa
Editor : ME. Bijo Dirajo
——————————————————-