CENDANANEWS (Lampung) – Wilayah Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung dan Wilayah Kabupaten Lampung Timur memiliki batas alam berupa sungai besar Way Sekampung. Dua kabupaten yang tidak memiliki mall atau pusat perbelanjaan besar yang bagi anak muda menjadi magnet untuk berkumpul tersebut tak menyurutkan untuk bersosialisasi.
Lokasi yang akhirnya dipilih adalah jembatan Way Sekampung. Jembatan dengan panjang sekitar 800 meter lebih tersebut memiliki dua jalur dan dibuat searah. Lokasi ini tak hanya menjadi tempat untuk menunggu sore sambil bercengkrama bersama kawan, juga untuk menajamkan kemampuan fotografi dengan menunggu matahari terbenam untuk difoto, juga beberapa warga dan pemuda memanfaatkan untuk memancing.
Lokasi ini pun akan semakin ramai saat memasuki bulan Ramadhan atau bulan Puasa bagi umat Muslim. Bagi masyarakat di perkotaan menunggu senja di pusat ekonomi bisnis berupa mall, pusat perbelanjaan sudah biasa tapi bagi warga di dua kabupaten ini jembatan adalah sebuah lokasi berinteraksi yang bisa dijadikan alternatif.
Ngabuburit
Tak kurang dari ratusan remaja, bahkan keluarga dengan anak anaknya menuju ke sana. Jika masa puasa tempat ini adalah salah satu waktu tepat menunggu berbuka dengan duduk-duduk di atas jembatan.
Umumnya warga mendatangi jembatan Way Sekampung, Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi, Lampung Selatan sejak pukul 16.00 WIB, menggunakan sepeda motor dan kendaraan roda empat.
Namun, muda-mudi yang datang untuk sekadar duduk-duduk menikmati indahnya pemandangan sungai dan sekitarnya ini, didominasi pengendara sepeda motor. Umumnya yang datang ke atas jembatan Way Sekampung ini berasal dari sejumlah desa di dua kabupaten tersebut bahkan ada yang rela menampuh jarak puluhan kilometer untuk menuju lokasi ini.
Kedua jembatan ini persis berjajar menghubungkan sungai Way Sekampung yang cukup luas. Menurut warga, ada daya pikat tersendiri dari jembatan ini, sehingga hampir tiap bulan puasa dipadati ratusan warga yang menunggu waktu berbuka tiba.
Ngabuburit
Warga yang datang mengaku nyaman duduk di pinggir jembatan sambil melihat aliran sungai atau sekadar melihat lalu lalang kendaraan di atas jembatan.
“Kalau hari biasa memang di tempat ini agak sepi namun setiap bulan puasa saya dan teman-teman sering ke sini dan akan lebih ramai lagi,” ujar Boby (23) kepada Cendananews.com seorang remaja asal Lampung Timur yang ditemui di lokasi, Jumat (17/4/2015).
Lain halnya dengan Rony (24) salah seorang warga dari Kabupaten Lampung Selatan ia mengaku senang, karena bisa bertemu dengan teman-teman dan mendapat kenalan baru di lokasi tersebut.
Ia yang datang bersama dengan kawan kawannya mengaku lokasi ini merupakan lokasi favorit selain untuk bertemu dengan sesama kawan juga untuk bisa berkenalan dengan pemuda atau pemudi dari kabupaten di seberang Sungai Way Sekampung.
Jembatan yang dibangun awal tahun 2000 ini memiliki panjang 800 meter yang di tiap sisinya terdapat dinding setinggi pinggang orang dewasa. Di bagian dinding inilah biasanya warga duduk maupun memarkirkan kendaraannya.
Tradisi ‘nyore’ bareng di jembatan Way Sekampung ini sudah dilakukan sejak awal jembatan ini berdiri. Hal ini juga diakui mampu menyatukan dan mempererat hubungan warga dua kabupaten tersebut.
Jembatan Way Sekampung
Warga mengaku selain pada hari biasa untuk bersantai di sore hari pada masa bukan puasa menunggu berbuka puasa di atas jembatan Way Sekampung ini akan terus mereka lakukan hingga seterusnya.