![]() |
Ketua Tim Komisi X DPR RI, Sofyan Tan |
Tren
- Lembaga Sensor Film Luncurkan Situs Ramah Disabilitas dan Inklusif
- Jakarta Perlu Program Massal PISA
- Titiek Soeharto Dukung Pengembangan Peternakan Modern di Gunungkidul
- Titiek Soeharto Terima Buku Dokumentasi Tetenger Monumen KUD pertama di Indonesia
- Keluarga Henk Ngantung Siap Gelar Pameran Lukisan Perjuangan dan Proklamasi
- Gita Bahana Nusantara 2025, Wadah Kebhinekaan di Indonesia
- Inovasi Bawaslu Kulon Progo: Lomba Puisi untuk Mencintai Demokrasi
- Galakkan Literasi di Kulon Progo, Sastra-Ku Luncurkan Kumcer “Perisai Pecah Mata Air”
- Amnesti-Abolisi : Perang Asimetris?
- Binatang Intim dan Dunia Infantil Rayni N Massardi
CENDANANEWS (Jayapura) – Gedung sekolah tersedia, tenaga pengajar tidak ada. Kondisi seperti inilah yang terjadi di pedalaman Provinsi Papua, menjadi bentuk keprihatinan dari komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI yang membidangi pendidikan, kebudayaan, pemuda, olah raga, parawisata, ekonomi kreatif dan perpustakaan.
“Gedung sekolah memang bagus, tetapi tidak memiliki guru. Ada guru tapi yang sudah tua,” kata Ketua Tim Komisi X DPR RI, Sofyan Tan saat berkunjung ke Kota Jayapura, Papua, Rabu (29/4/2015).
Masalah tenaga guru SD tidak ada di kampung-kampung, dikatakan Sofyan, bukan lantaran ketidakhadiran guru, melainkan tidak adanya tenaga guru. Hal itu terjadi, menurutnya, salah satunya akibat dari kondisi yang sulit dijangkau, sehingga guru yang ditempatkan disana tidak tahan, dan memilih kembali ke kota.
“Fasilitas bagi para guru juga minim. Para guru belum punya rumah, mereka masih tinggal menumpang di rumah-rumah warga. Kesejahteraan guru sangat rendah, sehingga guru terpaksa harus berkebun untuk dapat mencukupi kebutuhan keluarganya,” ujarnya.
Sama seperti di SD lainnya, ia mengungkapkan bahwa juga tidak adanya listrik, ditambah dengan buku-buku yang menunjang kelancaran belajar mengajar. “Buku paket yang ada sudah kadaluwarsa, tidak sesuai lagi dengan kurikulum yang berlaku. Kurikulum sudah beberapa kali berubah, sementara
buku pegangan guru dan buku paket untuk murid dari dulu belum juga diganti,” ungkapnya.
Ia menambahkan, kunjungannya ke Papua tuk melihat ada peluang yang dapat ditingkatkan terkait kesejahteraan Papua mulai dari Sumber Daya Manusia (SDM). “Sehingga pendidikan di Papua harus dipacu, tidak saja di kota tetapi dikampung-kampung sangat miris guru. Ruang kelas, apalagi di pengunungan. Ditambah guru-guru enggan ditempatkan di daerah terutama guru yang bukan putra daerah,” tambahnya.
———————————————————
Kamis, 30 April 2015
Jurnalis : Indrayadi T. Hatta
Fotografi : Indrayadi T. Hatta
Editor : Sari Puspita Ayu
———————————————————
Lihat juga...