![]() |
Akifitas Panen [Foto: Cendananews – Hendricus Widiantoro/3/15] |
Tren
- Apologi Penolak RUU Perampasan Aset
- Revitalisasi Perpustakaan Ahmad Tohari, Pusat Literasi dan Sastra di Banyumas
- Smart Budgeting Gerakan Koperasi
- Reformasi Sejati, Bebaskan Rakyat dari Pajak Mencekik
- Era Thought Leader & Intelektual Publik?
- TNI Ke Barak: Mencurigakan ?
- Maulid Nabi: Transformasi Misi Kenabian
- Gaza: Paradoks Aksi
- Jangan Ulangi 1998 !
- Amuk Demonstran dan Tiga Celah Tikam
CENDANANEWS – Memasuki masa panen di bulan Maret ini petani padi di wilayah Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung mengaku alami penurunan hasil. Menurut salah satu petani, Damin (34) penyusutan hasil padi yang dipanen sangat terasa dibandingkan panen sebelumnya yang bisa mencapai sekitar 10 kuintal dalam lahan yang digarapnya.
“Kebetulan lahan yang saya garap tak luas, tapi lumayan tahun kemarin bisa panen sekitar 10 kuintal gabah tapi sekarang cuma dapat 7 kuintal,” ujarnya kepada Cendananews.com Kamis(12/3/2015).
Bahkan untuk hasil sebanyak itu ia mengaku harus berbagi dengan pemilik lahan sebab ia hanya menumpang di lahan orang lain. Faktor hama diakui oleh Damin menjadi penyebab menyusutnya hasil panen tahun ini. Selain hama, lahan sawah yang berada tepat di dekat aliran sungai kecil membuat sebagian lahannya diterjang banjir sehingga beberapa petak padi miliknya roboh.
“Sebagian malah diterjang banjir, padi roboh meski sudah berbuah tapi tetap hasilnya berkurang karena pertumbuhan tidak maksimal,” ungkapnya.
Penyusutan hasil panen padi pada masa panen kali ini dialami oleh beberapa petani lain. Rohmanto (30) dan Wagimun (30) yang sama sama menggarap lahan bengok atau tanah milik desa mengaku penyusutan terasa pada masa panen saat ini. Penyusutan tersebut secara fisik bisa dilihat dari jumlah karung yang diperoleh saat panen.
“Saya sudah mulai memprediksi panen bakal menyusut karena serangan hama memang merata. Tak hanya milik saya saja mas, kalau ditanya ke petani lain pasti sama semuanya susut,” ungkapnya.
Wagimun mengakui dari mulai padi umur 4 bulan serangan hama wereng, keong mas sudah mulai menghambat pertumbuhan padi miliknya. Pemeliharaan dengan melakukan penyemprotan pun tetap membuat tanaman padi miliknya taka maksimal hasilnya. Belum lagi saat padi mulai berbuah dan menguning serbuan hama burung pipit menyerbu tanaman miliknya.
“Kalau masih bisa panen pun tetap bersyukur meski hasilnya tak sebanyak tahun lalu. Tahun lalu saya bisa mendapatkan sekitar 20 karung besar, tapi tahun ini tadi dibawa ke rumah sekitar 15 karung,” ujar Wagimun.
Rohmanto pun mengakui hasil panen kali ini tak maksimal. Faktor hama diakuinya menjadi penyebab meskipun pupuk dan pemeliharaan dengan penyemprotan pestisida telah dilakukannya.
“Petani selalu serba salah mas, dijual dalam bentuk gabah pun untuk membeli beras harganya mahal. Jadi padi hasil panen nantinya kami simpan saja untuk stok kebutuhan sehari hari,” ujar Rohmanto.
Sementara itu menurut Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Lampung Selatan, Muverdi Ch musim panen tahun ini ia membenarkan memang penyusutan hasil pertanian terbilang merata. Bahkan ia mencontohkan untuk beberapa wislayh seperti Kecamatan Palas, Candipuro dan sebagian wilayah di bantaran Wy Sekampung justru gagal panen.
“Akibat banjir dan hama padi membuat petani mengalami kerugian tapi di beberapa wilayah Dinas Pertanian sudah memberikan bantuan bibit benih untuk petani yang lahannya kebanjiran,” ujar Muverdi.
Dari pantauan Cendananews.com lahan sawah di Kecamatan Penengahan, Kecamatan Palas, para petani mulai melakukan panen padi milik mereka. Sistem panen yang dilakukan oleh petani di Lampung Selatan rata rata menggunakan sistem “ngedok” dimana petani pemilik lahan meminta warga lain menanam, memanen dengan sistem bagi hasil dengan pemilik. Sementara di beberapa wilayah lain menggunakan sistem borongan dengan upah harian dan karungan.
———————————————————-
Kamis, 12 Maret 2015
Jurnalis : Henk Widi
Editor : ME. Bijo Dirajo
———————————————————-
Lihat juga...