Produksi Kemplang, Sulistiono Mampu Berdayakan Kaum Perempuan di Desanya

“Jika musim menanam jagung biasanya berkurang menjadi hanya 15 orang namun akan semakin banyak jika permintaan kemplang meningkat terutama menjelang liburan,” ujarnya.

Dalam sehari Sulis mengaku menghabiskan sekitar 40-60 kilogram tepung tapioka dan puluhan kilogram ikan serta bahan bahan lainnya. Dalam sehari tahapan demi tahapan dilakukan jika tak terkendala cuaca mendung atau hujan maka bahan yang kering bisa langsung dipanggang hingga proses packing.

Maka tak mengherankan dalam 1 bulan ia menghabiskan sebanyak 1 ton tepung tapioka serta bahan lainnya. Selain menekuni usaha pembuatan kemplang yang dilakukan dengan cara tradisional Sulistiono mengaku bangga bisa memberdayakan kaum perempuan yang selama ini tak memiliki kesibukan. Untuk membantu proses pembuatan kemplang kaum ibu tersebut bahkan mengaku senang bisa menambah uang untuk jajan anak dan uang keperluan dapur.

“Lumayan mas untuk tambahan sebab jika kami sudah tak sibuk di ladang atau sawah membuat kemplang ini kami mendapat uang tambahan,” ujar Sumiati, salah seorang ibu rumah tangga yang ikut membantu pembuatan kemplang tersebut.

Dalam sekali pembuatan yang menghabiskan sekitar 40-60 kilogram tepung tapioka tersebut Sulistiono mengaku bisa menghasilkan sekitar 18 ball plastik kemplang. Total keseluruhan kemplang dalam 18 ball kantong plastik besar tersebut mencapai 540 bungkus.

Tak sampai disitu, setelah proses pembuatan kemplang selesai maka para agen akan menghubunginya melalui telepon. Agen agen dari wilayah Lampung hingga Banten dan Jakarta bahkan saat Cendananews berada di “pabrik” tradisional tersebut sudah minta dikirim beberapa ball.

Lihat juga...