Produksi Kemplang, Sulistiono Mampu Berdayakan Kaum Perempuan di Desanya

Sambutan dari sang pemilik usaha pembuatan Kemplang Sulistiono dan sang istri Ratna Yunianti sungguh bersahabat. Selain sang pemilik terlihat puluhan ibu ibu yang sedang sibuk memanggang kemplang di atas bara api yang dibakar di anglo. Lainnya sibuk mengukus bahan kemplang, membungkus ke plastik dan Sulistiono pun sambil berbincang dengan Cendananews masih tetap melakukan pekerjaannya membuat adonan yang terbuat dari tepung tapioka.

“Beginilah proses pembuatan kemplang, sederhana dan dikerjakan oleh kaum ibu di lingkungan desa ini yang di waktu luangnya bisa ikut bekerja membuat kemplang, ” ujar Sulistiono Selasa (17/2/2015).

Menurut Sulistiono proses pembuatan kemplang dari mulai berwujud tepung tapioka terbilang cukup mudah. Mula mula bahan yang sudah disiapkan akan diproses yakni daging ikan segar jenis ikan Belida atau ikan Parang dibersihkan, daging ikan digiling, daging ikan yg sudah digiling selanjutnya dicampur dengan air, garam, penyedap rasa dan gula. Selajutnya proses pengadonan / pengulian dengan tepung sagu atau tepung tapioka. 

Setelah itu adonan dipress menggunakan alat khusus hingga terbentuk lembaran lalu dicetak berbentuk lingkaran kecil kecil. Stelah dicetak cetakan disusun di atas rak bambu yang disiapkan untuk dikukus, setelah dikukus lalu diangkat lalu dijemur di rak bambu di bawah sinar matahari hingga kering. Setelah kering maka proses pemanggangan dilakukan dengan menggunakan anglo yang dibakar dengan bara api dari arang kayu. Setelah matang maka proses terakhir adalah pengepakan di plastik yang sudah disiapkan lengkap dengan sambal dan diberi label.

Usaha yang dijalankan oleh Sulistiono ini terbilang sudah cukup lama, ia mengingat mulai menekuni usaha ini sejak tahun 2009. Bermula dari menjadi karyawan pembuatan kemplang di Sumatera Selatan akhirnya ia dan istrinya berniat membuka usah pembuatan kemplang. Berbekal modal seadanya dan pengalaman maka ia memulai usaha ini dengan cara membuat dalam jumlah terbatas sebab belum ada pesanan.
Akibat permintaan yang semakin banyak terutama dari para agen di Pelabuhan Bakauheni Lampung Selatan dan juga beberapa agen di Merak, Serang di Provinsi Benten usaha milik Sulistiono ini berkembang. Hingga akhirnya kini dalam sehari ia dibantu oleh kaum ibu yang mencapai sekitar 20 orang dari lingkungan sekitar rumahnya.

Lihat juga...