Soeharto sering dituding korup karena: patronase ekonomi, kroniisme, monopoli keluarga. Namun secara struktural, Orde Baru menganut model: developmental state (mirip Korea Selatan, Taiwan). Menggunakan konglomerat sebagai instrumen stabilitas & pembangunan, memusatkan akses ekonomi untuk mengontrol elite. Menurut paradigma ini, yang dinilai korup oleh masyarakat modern adalah: sistem patrimonial, penggunaan keluarga sebagai “trust circle”, ekonomi berkaitan negara.
Tetapi dalam konteks budaya Jawa—circle keluarga adalah sumber kepercayaan (trust) paling aman. Ini lagi-lagi adalah perbedaan filosofi governance: modern menuntut transparansi, tradisi Jawa menuntut kepercayaan berbasis keluarga.
Presiden Soeharto merupakan pertemuan tiga tatanan. Perspektif Jawa–Mataram melihat negara sebagai tatanan kosmis yang harus dijaga dari kekacauan. Perspektif santri-sufistik: kepemimpinan hening, mendalam, moderat, tetapi tegas ketika stabilitas terancam. Perspektif Militer KNIL–PETA: logika keamanan yang keras, anti-ekstremisme, bukan demokratis-liberal.
Tudingan “otoriter, kejam, korup” muncul karena perbedaan paradigma antara nilai modern vs nilai tradisional khas nusantara. Juga oleh adanya pergeseran zaman era: setelah 1998. Sistem birokrasi-militer memang keras dan tidak dikehendaki lagi. Realitas politik Cold War untuk pertahanan negara. Ditambah spirit balas dendam eks keturunan anggota dan simpatisan PKI.
- ARS – Jakarta (rohmanfth@gmail.com)