Pameran Fotografi ‘Negeri Elok’ Refleksikan 80 Tahun Keberagaman

“Di tengah ruang, berdiri barisan bambu–tegak, sederhana, namun penuh makna. Ia hadir tak sekadar sebagai elemen desain, tapi sebagai penanda tahun ketika semuanya bermula. 1945 bukan hanya angka, melainkan rasa yang tumbuh dari tanah, dari suara rakyat, dari bahan yang tak pernah jauh dari kehidupan kita. Bambu-bambu itu membentang membentuk pelindung, mengelilingi inti pameran, seolah menjaga cerita-cerita di dalamnya,” tulis Andra Matin yang tercantum dalam keterangan di dinding pameran.

Menbud Fadli turut menyoroti kehadiran instalasi 1.945 bambu runcing tersebut. Menbud
Fadli menyebut karya tersebut bukan hanya menghadirkan simbol perjuangan kemerdekaan, tetapi juga menjadi pengingat bahwa keberagaman bangsa Indonesia adalah
kekuatan yang menyatukan.

“Keberagaman itu menjadi satu binding power, satu kekuatan untuk menyatukan, bukan untuk memisahkan,” ujarnya.

Pameran ini menampilkan karya-karya visual dari sejumlah fotografer dan seniman terkemuka Indonesia, antara lain Arseto Adiputra, Beawiharta, Donny Fernando, Hengki
Koentjoro, IG Raditya Bhramanta, Indra Leonardi, Jay Subyakto, Martin Westlake, M. Syauqi Subhan Tuasikal, Muhammad Fadli, Reuben Tourino, Ricky Martin, Yoppy Pieter, dan Yori Antar.

Setiap karya yang ditampilkan tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga mengundang
renungan mendalam tentang perjalanan bangsa, dari wajah-wajah bersejarah, lanskap yang
menyimpan kenangan, aroma kuliner yang membangkitkan memori, hingga fragmen-fragmen film yang merekam denyut zaman.

“Karena kemerdekaan bukan sesuatu yang diam–ia tumbuh, berlapis, dan terus bergerak bersama kita,” tulis Andra Matin dan Davy Linggar.

Lihat juga...