Timnas Dihajar Jepang, Danantara, dan “Revolusi” Total

Berdasar riset digital dari berbagai sumber, revolusi pembinaan itu kira-kira diperlukan dana 4-5 T per lima tahun. Equivalen 1 T per tahun. Ini jumlah yang tidak besar untuk ukuran APBN.  Investasi pembinaan ini dengan sendiri akan menggerakkan ekonomi masyarakat mencapai 10 T pertahun. Hanya satu kompetisi senior saja. Belum jika diakumulasi dengan banyak kompetisi.

Problemnya hanya terletak pada political will. Policy dan team manajemen yang serius untuk melakukan “revolusi” pembinaan.  Anggaran juga tidak menjadi soal bagi Indonesia.

Danantara bisa diproyeksikan mampu mengumpulkan CSR sebesar 1 miliar dolar per 5 tahun.  Setara dengan Rp. 16 T. Pertahuan CSR Danantara  bisa mencapai 1 s.d 3 T. Jumlah itu bisa lebih besar seiring penataan Danantara untuk efisien menutup kebocoran.

Dari anggaran CSR Danantara saja sudah bisa melakukan revolusi pembinaan sepak bola secara komprehensif. Bahkan tidak memakai kesuluruhan dana CSR, revolusi pembinaan sepakbola sudah bisa terjuwud. Konon CSR BUMN peruntukannya berdasarkan katebelece atau “fatwa” politisi. Kini harus diubah, untuk skala prioritas pembangunan bangsa.

Prioritas pertama untuk pembinaan olah raga secara secara sistematis. Prioritas kedua untuk kebencanaan. Prioritas ketiga, bantuan darurat pendidikan. Misalnya gedung sekolah rusak, di daerah terisolir. Nomenklantur peruntukan CSR harus jelas dan terukur.

Prioritas utamanya pada pembinaan olah raga.  Permainan populer seperti sepak bola, voly, basket, bisa menjadi prioritas pertama.