Timnas Dihajar Jepang, Danantara, dan “Revolusi” Total

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 11/06/2025

 

 

Kekalahan timnas Indonesia oleh timnas Jepang bukan saja bermakna kekecewaan. Melainkan membawa dua pesan penting bagi sepak bola Indonesia.

Pada pertandingan kemarin itu Indonesia dihajar Jepang 5-0 tanpa ampun. Dulu, tahun lama sekali, Jepang pernah dihajar Indonesia 7-0. Dulu sekali. Pada piala Merdeka Cup. Tahun 1968. Jaman belum ada pemain naturalisasi.

Kini timnas Indonesia diisi pemain naturalisasi. Permainan Indonesia justru jauh di bawah level Jepang. Tak berkutik untuk sekedar melakukan perlawanan. Pemain Jepang bertumpu pada kaderisasi internalnya sendiri. Sesuai karakteristik SDM yang dimilikinya.

Pesan pertama, “revolusi” total sistem pembinaan merupakan kunci kualitas timnas. Kompetisi yang baik dan berkualitas secara berjenjang akan menghasilkan talenta-talenta terbaik. Inilah pengisi kekuatan timnas untuk berlaga dalam kompetisi global.

Pesan kedua, naturalisasi pemain keturunan bukan solusi permanen. Keberadaannya menjadi pelengkap. Mereka yang berdarah Indonesia berhak membela tanah leluhurnya. Sekaligus instrumen rehabilitasi “luka sejarah”. Atas sejumlah diaspora dan keterpisahan elemen bangsa pada masa lalu oleh alasan politik. Tetu nenek moyang ara pemain diaspora itu.

“Revolusi” total sistem pembinaan tidak bisa ditawar. Itu solusinya. Piala dunia dimulai dari sistem  pembinaan yang baik. Secara berjenjang berdasar kelompok umur. Sistem itu harus “revolusi” total.

Apa problem pembinaan selama ini?

Pembinaan usia muda belum sistematis dan berkelanjutan. Indonesia banyak talenta muda, sering berprestasi. Pembinaannya terputus-putus, sehingga tidak bisa merawat talenta itu hingga usia kematangannya.