Maulid Nabi: Transformasi Misi Kenabian

Pertama, ungkapan rasa syukur diturunkannya Nabi Muhammad Saw. Guidance/ penunjuk jalan kebaikan kepada ummat manusia. QS Al Ahzab ayat 21 mengkonfirmasi itu:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah,”

Rasulullah Muhammad Saw., seorang manusia. Makan, minum, tidur, bekerja, berkeluarga, bermasyarakat, selayaknya manusia pada umumnya. Maka kehendak Allah Swt., tentang model “kehidupan yang baik dan menyelamatkan”, mudah dipelajari dan ditiru ummat manusia.

Kehendak Allah Swt tentang baik dan buruk itu bukan konsep berjarak. Hanya dipahami secara imajinatif. Karena dimensi ke-Tuhanan berbeda pada alam manusia. Kehendak pencipta (Allah Swt.), bisa dipelajari melalui sosok pribadi Rasulullah Muhammad Saw.

Betapa besarnya makna Rasulullah di muka bumi, penghormatan terhadapnya memperoleh apresiasi dari Allah Swt. Sebagaimana Abu Lahab penentang ajaran Nabi Muhammad. Namun ia mengungkapkan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad dengan membebaskan budak. Maka setiap Senin, seminggu sekali, ia (Abu ahab) memperoleh keringanan dari siksa neraka.

Kedua, transformasi misi kenabian. Kepada Masyarakat luas. Dari generasi ke generasi.

Jika diklasifikasi sederhana, misi kenabian itu untuk membangun peradaban tauhid. Mengajak manusia tunduk pada Tuhan (Allah Swt.,) dan hukum-hukumnya. Termasuk tunduk pada perjanjian kontraktual antar sesama manusia yang tidak melanggar jiwa hukum Tuhan.

Even maulid nabi merupakan momentum untuk terus mengingatkan, menghidupkan, sekaligus menggelorakan, spirit pembangunan peradaban tauhid. Baik melalui ceramah, maupun muatan pesan yang terkandung dalam rangkaian bacaan sholawat.

Lihat juga...