PAN, ia mirip NU. Berbasis elektoral warga Muhammadiyah. Eksistensinya banyak dibatasi segmentasi keanggotaan Muhammadiyah. Ia terkerangkai basis elektoral tradisionalnya untuk menjadi partai kosmopolit.
Berbeda dengan Golkar-PDIP-PKS-PAN. PKB tidak akan secara given bisa bertengger pada posisi puncak. Big two. Posisi itu berpotesi dicapai jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Pertama, manajemen modern di tubuh NU. Akan berdampak meningkatnya ketrampilan warga NU —yang jumlahnya besar itu— dalam merumuskan agenda masa depan bersamanya. Termasuk dalam berpolitik. Ibarat team sepak bola, selama ini NU seperti team nasional Brazil. Bertumpu pada kemahiran personal. Bukan kekuatan kolektivisme, sebagaimana timnas Jerman. Modernisasi NU akan menghidupkan semua lini potensinya untuk bergerak. Termasuk dalam mengoptimalkan sampan-sampan politiknya. Tidak terkecuali PKB.
Kedua, memiliki akademi politik yang bagus. Akan menjadikan PKB memiliki sumberdaya politik yang kompeten dan tangguh di semua tingkatan. Baik dalam isu kebijakan dan pemerintahan. Maupun strategi pemenangan elektoral.
Ketiga, menjadi partai terbuka bagi segenap warga nahdiyin. Tidak terjebak politik dinasti sempit. PKB harus bisa menjadikan saluran seluruh warga Nahdhiyin yang potensi politiknya belum terwadai parpol lainnya.
Keempat, rotasi kepemimpinan yang lancar dan merith. Memungkinkan semua warga PKB memiliki kesempatan terbuka dalam mengasah ketrampilan politik. Baik internal maupun dalam menghadapi kompetisi eksternal.
Kelima, mampu membangun harmoni dengan semua elemen ke-NU-an pada semua tingkatan. Terlepas NU harus merawat semua keanggotaan yang terdistribusi pada beragam pilihan politik. PKB masih menjadi yang paling mungkin dalam menghimpun bassis massa NU sebagai kekuatan elektoralnya.