Pilkada 2024 juga beriringan dengan masa transisi rezim. Masa di mana tranksasional politik untuk reposisi kader-kader parpol di kabinet semakin menguat. Juga reposisi di pos-pos strategis. Seperti BUMN. Tawaran-tawaran pragmatis hanya dimiliki pemenang pilpres. Berseberangan dengannya hanya akan terlempar dari kendali pemerintahan.
Anies Baswedan dalam pilkada 2024 tidak memiliki modal itu. Kemenangannya (untuk bisa menang pilkada 2024) masih diragukan. Ia juga tidak bisa memberikan jaminan reposisi kader parpol di kabinet. Juga pos-pos strategis. Parpol tidak mungkin hanya diajak untuk kerja bakti pencalonannya. Itupun dengan kemenangan yang belum pasti.
Ia (Anies) nyaris tidak memili kartu lagi untuk bisa di share secara win-win solution dengan parpol. Itulah realitas yang diingatkan oleh Surya Paloh. Rasionalitas parpol tidak membuka jalan bagi ambisi Anies maju periode kedua.
Brigade Digital dari ketiga elemen (eks FPI, eks HTI, Salafi Wahabi), tidak bisa berbuat banyak. Ia berada di luar lingkaran. Bukan organisasi formal politik. Hanya presure group. Walau garang sebagai Brigade Digital.
Belum diketahui. Sampai kapan ketiga elemen ini menemukan figur yang sejalan dengan agenda-agendanya. Figur yang bisa dijadikan tempat bernaung dalam memperjuangkan eksistensinya.
Kita hanya tau, kini mereka marah-marah saja.
ARS (rohmanfth@gmail.com), Jaksel, 16-08-2024