NU, Ormas Masa Depan ?

NU akan dikenal sebagai pintu memasuki ajaran Islam yang otentik itu. Oleh ketaatannya terhadap sumber-sumber ke-Islaman klasik bersanad dalam memahami ajaran Islam.

Kedua, integrasinya dengan kelembagaan pendidikan formal, akan mendorong mobilitas intelektual warga NU melahirkan output SDM berpendidikan modern. Sekaligus memiliki wawasan ke-Islaman yang luas. Mobilitas warga NU dalam memasuki pendidikan formal akan mengantarkannya sebanyak mungkin menjadi pelaku pembangun peradaban di banyak sektor kehidupan.

Ketiga, gerakan inklusif secara kultural menjadikan NU susah dipisahkan dengan grassrot. Melalui tahlilan, sholawatan, khataman/ semaan Alqurán, Yasinan, menjadikan NU sebagai gerakan budaya. Gerakan rakyat. Realitas ini akan memperkuat reposisi NU dalam perpolitikan bangsa.

Keempat, reposisi nasionalisme penjaga Pancasila dan KNRI. Reposisi itu bukan keterpaksaan oleh hegemoni state. Penerimaan NU terhadap Pancasila dan NKRI memiliki pijakan teologis.

Perjuangan mempertahankan dan melestarikan NKRI dan Pancasila merupakan bagian dari keberagamaan atau ke-Islaman itu sendiri. NU semakin dibutuhkan oleh negara. Keduanya tidak bisa dipisahkan.

Kelima, corak keagamaan NU baik secara fiqh, tauhid dan tasauf, merupakan bagian sisiran terbesar corak keagamaan muslim dunia. NU bisa menjadi salah satu simpul pemersatu komunitas muslim internasional. Khususnya komunitas dengan corak keagamaan yang sama.

Peran ini seiring peningkatan kapasitas kelembagaan NU dan kemajuan Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi potensial di dunia. Ormas NU akan menjadi model pengembangan Islam otentik dan moderat, bagi komunitas muslim internasional.

Lihat juga...