NEGATIVE FRAMMING UNTUK PRABOWO, EFEKTIF?

Oleh: Abdul Rohman Sukardi

Sikap pantang menyerah memenuhi panggilan rakyat itu di framming oleh para hatters-nya sebagai ambisius.

Kedua, framming sebagai tua dan pesakitan. Prabowo sudah berusia di atas 70 tahun. Oleh hatters-nya di framing sebagai sudah tua dan kelelahan. Dikesankan tidak akan efektif lagi melakukan aktifitas berat.

Para hatters melupakan Presiden Joe Bidden, Donald Trump, juga usia tua ketika menjabat sebagai presiden. Setelah AS dipimpin presiden muda, Barack Obama.

Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhammad menjabat lagi juga sudah usia lanjut. Bahkan sudah di atas 90 tahun.

Usia tidak menghalangi masa emas karir seseorang. Juga kontribusi cemerlang terhadap kehidupan sebuah bangsa. Atau kontribusinya pada kemanusiaan.

Para hatters juga lupa, Prabowo didikan militer. Olah tubuhnya relatif terjaga. Walau usia sudah tua. Kebugarannya terus diolah sepanjang waktu.

Ketiga, sebagai sakit-sakitan. Selain sudah tua, Prabowo digambarkan sakit-sakitan. Tidak akan optimal lagi melakukan tugasnya.

Para hatters-nya lupa, dua pemimpin penentu kemenangan Perang Dunia Kedua (PD II) bukan hanya sudah tua. Tapi juga sedang sakit.

Ialah Churcil Inggris yang mengidap penyakit jantung. Juga Dwight D. Eisenhower (AS) menderita polio. Tidak bisa bergerak kecuali dengan kursi roda.

Kepemimpinan adalah soal visi dan kemampuan menggerakkan seluruh potensi yang ada. Untuk sebesar-besarnya pencapaian tujuan. Jadi bukan aktivitas fisik semata.

Menjawab framing itu, Prabowo sering berjoged-joged. Sering berlari-lari kecil dalam sebuah acara.

Menunjukan bahwa ia bisa bekerja. Ia pernah sakit, tapi masih efektif bekerja.

Lihat juga...