Belajar dari Para Manager Campaign Capres
Oleh: Abdul Rohman Sukardi
Pemahaman kedua ilmu itu akan memudahkan dalam melakukan pendekatan kepada setiap zona kultural masyarakat. Termasuk antitesa untuk meluluhkan masyarakat itu.
Bagaimana masyarakat Banten, Masyarakat Badui, Masyarakat Sunda, Masyarakat Cirebon, diperlalukan dalam cara yang mereka mudah terima. Melalui cara yang tidak melukai batin mereka.
Begitu juga terhadap karakter masyarakat-masyarakat nusantara yang lain. Jumlahnya amat banyak.
Aspek itu barangkali dilupakan para manager campaign paslon 01 dan 03. Terlalu mengandalkan disiplin ilmu politik modern. Terlalu bertumpu pada rasionalitas cara berfikir masyarakat modern. Melupakan ranjau-ranjau kultural masyarakat nusantara itu.
Untuk urusan pemilu langsung sendiri, masyarakat desa di Nusantara sudah berpengalaman sejak lama. Sangat paham memetakan aspirasi masyarakat dan menggiringnya untuk berubah.
Presiden Jokowi sebagai pengendorse tentu menjadi konsultan bagi paslon 02. Ia memiliki pengalaman dua periode menaklukkan ranjau-ranjau kultural itu.
Paslon 02 tentu diajari bagaimana meluluhkan setiap elemen masyarakat yang beragam itu. Untuk rela memberikan dukungan dalam kontestasi pilpres. Cara yang tidak membuat luka bathin masyarakat.
Itulah barangkali kenapa total football paslon 01 dan 03 mengalami anomali. Copy paste disiplin keilmuan modern atau contoh strategi di negara lain tidak pasti akurat ketika diterapkan dalam realitas masyarakat nusantara yang majemuk.
Itu pula kenapa serangan balik paslon 02 efektif merebut dukungan masyarakat.
Mungkinkah begitu?. Bisa iya bisa tidak. Namanya saja menganalisa.
ARS (rohmanfth@gmail.com), 11-02-2024