MEMBACA LANGKAH POLITIK YENY WAHID

Oleh: Abdul Rohman Sukardi (ARS)

Dua realitas baru itu (kendali atas NU dan perjumpaan dengan momentum politik) menjadikan perseteruan antara Muhaimin dan Yeni Wahid akan mencuat kembali. Tidak bisa dihindari akan membelah aspirasi warga NU dalam menjatuhkan pilihan politiknya pada piplres 2024.

Muhaimin yang kini menjadi Cawapres tidak akan menjadi penerima tunggal aspirasi warga NU dalam pilpres. Perbedaan pandangan dan pilihan politik sebenarnya sudah terbiasa terjadi di kalangan Warga NU. Hal yang lumrah.

Apa kira-kira langkah yang hendak dilakukan oleh Mbak Yeni dengan modal yang dimilikinya itu?. Tentu kita hanya bisa menduga-duga. Menganalisisnya. Sebagaimana pergerakan politik tokoh-tokoh lainnya. Kita juga bisa menganalisisnya.

Mbak Yeni berhak atas langkah politiknya. Muhaimin berhak atas agendanya untuk menang dalam pilpres 2024. Begitu pula tokoh-tokoh lainnya.

Tulisan ini khusus mencermati kemungkinan pergerakan politik dari sisi Yeni Wahid.

Kemungkinan langkah pertama, menggerakkan sebanyak mungkin warga Nahdiyin untuk tidak mendukung pencapresan Muhaimin. Sebagai konsekuensi reposisi politiknya yang tidak akan sejalan dengan garis politik Muhaimin. Para pendukung setianya di PKB bisa didorong dalam spirit “PKB Yes, Muhaimin NO”. Pilih PKB, tapi jangan pilih pasangan capres-cawapre AMIN.

Kedua, Mbak Yeni akan melakukan aliansi dengan capres yang berpotensi besar akan menang. Berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya. PKB/Muhaimin juga bergandengan dengan capres-capres kuat (SBY dan Jokowi). Hal itu menyusahkan reposisi politik Mbak Yeni dalam melemahkan posisi Muhaimin. Kini Muhaimin merupakan salah satu pasangan kontestan. Terdapat ruang dalam posisi yang berlawanan untuk bisa saling mengalahkan.
Kekalahan pencapresan akan menempatkan Muhaimin dan PKB sebagai opisisi. Muhaimin dan PKB-nya akan terpisah dari sumber-sumber logistik bagi kepentingan partai. Superioritas Muhaimin sebagai patron PKB tentu akan berkurang.

Lihat juga...