X TIMOR LESTE DAN KOTA TIMOR BARU. KENAPA TIDAK ?
Oleh : Abdul Rohman
Kelompok pertama memilih tetap menjadi bagian nusantara. Konsisten berpijak pada jatidirinya sendiri sebagai orang suku Timor. Memilih setia dengan Indonesia.
Kelompok kedua memilih berpisah. Memilih merdeka. Namun tumbuh dalam bayang-bayang budaya bekas penjajahnya. Portugis. Ratusan tahun wilayah Timor Leste ini memang dijajah oleh kolonialis eropa Portugis.
Penanaman DNA kolonialis itu melalui dua cara. Pertama, secara genetik. Perkawinan silang antara warga penjajah dengan penduduk jajahan melahirkan etnis campuran. Timor Portugis. Warga campuran ini memiliki ikatan psikologis dengan negara penjajahnya.
Para pimpinan pro kemerdekaan Timor Leste rata-rata berdarah campuran. Seperti Xanana Gusmao maupun Ramos Horta.
Kedua, doktrinasi secara idiologi, budaya, dan politik.
Secara idiologi, di Timor Leste dilakukan doktrinasi bahwa Indonesia merupakan negara penjajah. Sementara bekas penjajah yang sesungguhnya, Portugis, lebih diterima secara bersahabat.
Indonesia merupakan saudara se-nusantara. Wilayah terdekatnya. Pada tahun 1975, terjadi konflik internal di Timor-Timur, dan meminta integrasi dengan Indonesia.
Indonesia menerima integrasi masyarakat Timor Timur itu. Timor-Timur menjadi bagian provinsi Indonesia. Namun sikap Indonesia ini kemudian dimusuhi. Justru ditempatkan sebagai penjajah dalam memori historis rakyat Timor Leste.
Secara budaya, Timor Leste melakukan elaborasi budaya penjajahnya. Ialah dengan melestarikan arsitektur negara penjajahnya dan menjadikan bahasa Portugis sebagai bahasa kedua. Sebuah bahasa yang nyaris tidak kontributif dalam percaturan antar bangsa.
Berbeda dengan bahasa Inggris yang memang menjadi kebutuhan komunikasi internasional. Atau Bahasa Indonesia untuk jalinan Kerjasama regional. Khususnya dengan Indonesia sebagai negara terdekat.