Lewat sejumlah yayasan, Pak Harto masih terus bantu masyarakat kecil

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

“Untuk pedagang resmi ada sekitar 60 orang. Mereka kita tampung di lapak-lapak yang telah disediakan. Sedangkan untuk pedagang dadakan jumlahnya juga cukup banyak. Bisa mencapai 20 orang, per hari,” katanya.

Untuk menjalankan kegiatan wisata sehari-hari, pihak pengelola selama ini juga tercatat mempekerjakan total hampir 24 orang karyawan di kawasan Bukit Soeharto. Mulai dari petugas tiket, kebersihan, penjaga keamanan dan sebagainya.

Mereka merupakan para pemuda pemudi desa sekitar, yang selama ini menganggur atau tidak memiliki pekerjaan.

“Saat liburan kita juga biasa menempatkan empat orang tenaga badut untuk menghibur wisatawan atau pengunjung,” imbuhnya.

Dari sisi parkir, Wahyu mencatat sedikitnya ada sekitar 20 orang warga yang direkrut untuk membantu mengatur dan menata kendaraan para pengunjung di kawasan Bukit Soeharto saat musim liburan.

Jumlah tersebut belum termasuk, para petugas parkir diluar naungan pengelolaan Bukit Soeharto, yang banyak bermunculan di sekitar ruas utama Jalan Nasional Ponorogo-Wonogiri itu.

“Saat memasuki masa liburan, akan banyak bermunculan parkir liar di sekitar kawasan Bukit Soeharto ini. Seperti misalnya di sebelah barat pintu masuk Bukit Soeharto. Mereka merupakan warga sekitar yang berasal dari 2 RT. Jumlahnya bisa belasan bahkan lebih,” katanya.

Sementara itu, terkait perputaran ekonomi, Wahyu memperkirakan sekitar Rp200 juta lebih uang yang berputar di objek wisata Bukit Soeharto, setiap harinya selama masa liburan.

Jumlah itu dihitung dari tolak pendapatan minimal yang terpantau pihak pengelola, baik itu dari sisi tiket masuk pengunjung, pendapatan parkir resmi, hingga omset rata-rata setiap pedagang/pelaku UMKM per hari.

Lihat juga...