Korupsi

CERPEN AFFAN SAFANI ADHAM

Pimpinannya malah membuat pernyataan agar aparat hukum untuk menuntaskan masalah itu. “Sesuai dengan hukum yang berlaku,” tandas Arbain.

Agung sedih. Pimpinannya tidak memberi dukungan sedikit pun kepada Agung. Seolah-olah membiarkan Agung menerima hukuman. Seolah-olah itu perbuatannya.

“Saya tidak ingin di perusahaan ini terjadi korupsi dan penyalahgunaan wewenang,” kata Arbain.

“Dasar pimpinan licik. Pimpinan tak tahu malu!” umpat Agung.
***
Setelah menanyakan identitas dan kondisi kesehatan, penyidik mulai mengajukan beberapa pertanyaaan kepada Agung. Terlihat Agung menatap dingin dan sinis. Tatapan Agung kurang simpatik. Memorinya diaduk-aduk. Mengingat kembali pelaksanaan proyek ruko tersebut.

Rasanya lurus-lurus saja. Begitu lurusnya sampai kolega dan Sofia, mantan istrinya, menilai Agung sebagai orang pintar yang bodoh.

Sudah menjadi pejabat di perusahaan, tapi miskin. Istrinya akhirnya minta cerai. Meski berat, dipenuhi Agung.
Kasus korupsi pembangunan ruko di kantor tempatnya dulu bekerja membuat reputasi Agung yang selama ini sangat bersih, hancur berantakan.

Di sela-sela pemeriksaan, Agung menyempatkan diri melihat televisi. Running text berita sebuah stasiun televisi menyebutkan, Agung telah ditetapkan menjadi tersangka korupsi.

“Belum diperiksa sebagai saksi sudah dijadikan tersangka,” gumam Agung dengan gelisah.

Kini momentum terburuk dalam perjalanan hidupnya dijalani Agung. Lembaran buram dalam sejarah hidupnya diketahui semua orang. Tentu saja setiap orang ingin semua orang membaca sejarah hidupnya yang tertulis dengan tinta emas, bukan dalam lembaran hitam. ***

Lihat juga...