Aku beranjak dari tempat tidur dan membukakan pintu. Rupanya si tukang bangunan disuruh induk semangku memperbaiki jendela kamar yang dirusak si maling.
Aku mempersilakan masuk. Tidak berselang lama ia pun mulai memasang kayu-kayu pada jendela kamarku. Suara berisik membuatku enggan untuk melanjutkan tidur, jadi aku hanya terduduk tanpa rencana apa pun.
Aku merasa aneh duduk termenung tanpa memegang handphone. Dengan handphone banyak sekali pilihan untuk menghilangkan rasa bosan.
Zaman sekarang manusia tidak mau bahkan sedetik pun menahan bosan, sehingga telepon genggam dirancang menyajikan berbagai hal untuk tetap merasa senang. Nampaknya sekarang manusia sudah kehilangan cara membunuh rasa bosan tanpa telepon pintar itu.
Aku mencoba menyalakan TV, tidak ada hiburan yang bisa aku nikmati. TV hanya menyajikan acara-acara yang tidak berkualitas dan penuh dengan acara pembodohan masyarakat.
Sebagian besar orang sudah mulai meninggalkan TV dan beralih ke media sosial seperti youtube, karena bisa memilih sendiri acara yang diinginkan. Namun, tayangan youtube pun hanya menyajikan tayangan sampah seperti vlog artis yang tidak bermutu. Sungguh menjengkelkan.
Aku termenung memikirkan hal lain sampai tidak sadar si tukang bangunan memanggilku. Aku bergegas menghampirinya.
Ia kemudian pamit dan aku mengatakan terima kasih. Sebelum pergi ia mengingatkanku agar tetap berhati-hati. Lalu ia menyerahkan sebuah pulpen yang sangat aku kenal. Ya, pulpen empat warna itu.
“Ini milik Masnya, kan? Tadi saya menemukannya di bawah jendela saat memasang teralis.”
Dadaku berdegup kencang dan darahku terasa sangat panas mengalir ke seluruh badanku.