Beberapa dekade belakangan ini fakta yang luar biasa terjadi di dunia termasuk di Indonesia.
Merujuk kepada data yang dikumpulkan oleh Pengurus Masjid Sunda Kelapa Jakarta (saja) sepuluh tahun yang lalu, jumlah mualaf telah mencapai 16.178 orang. Data dari Mualaf Center Indonesia (MCI) tercatat pertahun yang konversi menjadi mualaf mencapai 2800-3500 orang. Angka yg luar biasa.
Data dari dunia internasional menunjukkan angka yang lebih spektakuler. Pew Research International (PRC) pernah mencatat di sekitar 5 tahun yang lalu angka mualaf naik secara progresif, yang secara prediktif menumbuhkan jumlah muslim dunia akan berjumlah 30% dari jumlah populasi dunia. Mualaf di Eropa seperti Belanda, Jerman, Inggris dan Prancis bertambah seputar 7.000-10.000 per tahun. Diprediksi jika terus terjadi di tahun 2050 telah menjadi agama kedua terbesar mengalahkan Yahudi. Bahkan di Rusia diprediksi mualaf meledak dan di tahun 2050 Islam akan menjadi agama mayoritas.
Menilik pertumbuhan dan perkembangan para mualaf ini, kita akan melihat suatu fenomena yang mampu mengubah peta eksistensi Islam di dunia. Melihat sebagian besar mereka serius mendalami Islam dan tampak justru lebih gigih, berani dan terang-terangan mempertahankan agama ini dari serangan pihak lawan Islam, tidak berlebihan bila agama Islam di masa depan ini justru berharap kepada mereka para mualaf.
Fenomena sosial ini sangat menarik bagi para pembelajar Sosiologi Islam. Di samping kajian klasik Islam Abangan dan Islam Santri, sekarang ada kajian baru berupa Islam Turunan dan Islam Mualaf. Bagaimanakah hubungan batin keduanya; bagaimanakah hubungan batin itu diimplementasi ke dalam bentuk pembelajaran nilai-nilai pensyiaran Islam, seberapa jauh kritik internal berkembang dalam praktik syiar Islam, dan lain sebagainya.