Itulah sisa-sisa kebahagiaan yang bisa kamu nikmati di masa kini, karena hiburan dengan tayangan visual sudah tak lagi mudah membuatmu bahagia. Lebih banyak justru membuatmu merutuk-rutuk, mengumpat, entah alasan apa yang membuatmu menjadi merutuk dan mengumpat.
Kotamu kini memang sedang berkemas menyambut deru suara pesawat terbang yang dalam hitungan per hari bisa puluhan atau bahkan ratusan jumlahnya, meraung-raung di atas sawah, tapi juga membuat sebagian warga di daerah tempat tinggalmu menjadi kaya mendadak.
Tanah yang dimiliki sejumlah warga bisa saja mendapatkan ganti rugi akibat adanya bandara itu. Meski beberapa kawanmu kini banyak yang menaiki mobil atau motor jika pergi ke pasar tradisional, kamu masih tetap saja menyukai berjalan kaki atau menaiki sepeda. Apalah arti sepedamu jika berada di antara deretan mobil atau motor yang bagus-bagus.
Demikianlah kawan, aku mengenangmu kini ketika hujan tiba di kotaku, ketika kurs satu dolar Amerika mencapai Rp14.234 dan Korea Utara baru saja meluncurkan uji coba rudal balistik. Bersamaan juga dengan momen Taliban kembali menguasai Afghanistan, wabah Corona di seluruh dunia yang mulai surut, dan utang luar negeri negaramu yang sudah tembus 423 miliar dolar Amerika.
Hujan pertama setelah berbulan-bulan tak ada guyuran air dari langit. Hujan yang kini kurasakan mudah rusuh, menumbangkan sejumlah pohon, dan selalu mengancam akan adanya banjir.
Hingga kini, meski sudah ada ponsel, aku dan kamu juga hanya memilih berkabar melalui surat yang dikirim melalui kantor pos pemerintah berwarna oranye itu. Aku dan kamu sepakat jika berkirim surat, saling mengirim dan membalas, hanya melalui kantor pos berwarna oranye itu.