Sektor Usaha Kuliner Beri Tren Positif Pedagang Bumbu di Bandar Lampung

Editor: Makmun Hidayat

Distribusi yang terlambat sebut Listiana dipengaruhi banjir, gagal panen. Ia menyebut pasokan bumbu dapur sebagian diperoleh dari wilayah Pesawaran, Tanggamus. Distribusi tersendat, pasokan terbatas sebutnya membuat harga bumbu dapur alami kenaikan Rp500 hingga Rp1.500. Kenaikan harga sebutnya terbilang wajar jelang akhir tahun, permintaan meningkat hingga faktor cuaca.

“Kenaikan harga meski sedikit bisa menutupi biaya operasional dan bisa mendukung sektor usaha kecil lainnya,” beber Listiana.

Saminem, petani cabai di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Pesawaran, Lampung, Selasa (19/10/2021). -Foto Henk Widi

Saminem, petani pemasok bumbu dapur berupa cabai rawit, cabai caplak, jahe, kunyit menyebut permintaan kembali meningkat. Petani di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Pesawaran itu memasok ke pasar di Bandar Lampung. Harga bumbu dapur jenis jahe sebutnya bisa mencapai Rp10.000 perkilogram, cabai Rp30.000 per kilogram. Harga sebutnya akan menyesuaikan permintaan pasar dan kondisi cuaca.

“Saat cuaca dominan hujan, cabai kerap rontok dan pasokan terbatas mempengaruhi harga,” ulasnya.

Budi Susanto, pelaku usaha kuliner di Kelurahan Gedong Air, Tanjung Karang Barat menyebut belum terpengaruh kenaikan harga bumbu. Ia mengaku usaha kuliner nasi goreng, mi pangsit, bakso dan makanan yang ditekuninya memakai beragam bumbu. Meski harga bumbu naik ia menyebut produk kuliner miliknya tidak alami kenaikan harga. Sebagai solusi ia kerap akan mengurangi porsi tanpa mengurangi kualitas rasa.

“Kalau harga dinaikkan dampaknya pelanggan akan kapok bahkan pindah jadi kualitas rasa tetap meski bumbu mahal,” ulasnya.

Lihat juga...