Gunung Api Ile Lewotolok di Lembata Masih Mengancam
Editor: Koko Triarko
Ia mengatakan, hingga saat ini masih banyak warga yang memilih menetap di Kota Lewoleba di rumah sanak keluarga maupun mengontrak rumah atau kost, karena masih belum mau kembali ke desa mereka.
Sementara itu petugas di Pos Pemantau Gunung Api Ile Lewotolok, Yeremias Kristianto Pugel, menjelaskan gunung berapi ini masih berstatus Level III (Siaga) sejak 29 November 2020 pukul 13:00 WITA.
Jefri, sapaannya, menjelaskan peningkatan status ini dilatarbelakangi oleh adanya erupsi pada 27 November 2020 pukul 05:57 WITA, dengan tinggi kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam tinggi 500 meter di atas puncak (1923 mdpl), dengan intensitas tebal condong ke arah barat.
“Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 34 milimeter, dengan durasi erupsi tidak teramati jelas karena diikuti tremor menerus. Letusan masih terjadi hingga saat ini,” terangnya.
Jefri mengakui, letusan terakhir terjadi pada 23 Oktober 2021 menghasilkan tinggi kolom erupsi 350 meter dan warna kolom abu teramati kelabu.
Lanjutnya, gunung api terlihat jelas hingga tertutup serta teramati asap kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal, tinggi sekitar 100-500 meter dari puncak.
Melalui rekaman seismograf pada 22 Oktober 2021 tercatat 11 kali gempa letusan atau erupsi,170 kali gempa hembusan, 94 kali gempa Tremor Non-Harmonik,1 kali gempa Vulkanik Dangkal, 1 kali gempa Tektonik Jauh serta Tremor Menerus, amplitudo 0.5 sampai 1 milimeter (dominan 0.5 milimeter)
“Masyarakat di sekitar gunung Ile Lewotolok maupun pengunjung atau pendaki/wisatawan direkomendasikan agar tidak melakukan aktivitas dalam radius 3 km dari puncak atau kawah,” terangnya.