Tangani Limbah Pangan Dibutuhkan Kajian dan Kebijakan

Editor: Koko Triarko

“Kondisi ini makin memburuk dengan adanya pandemi dan sistem pangan yang masih membutuhkan perbaikan,” ucapnya.

Untuk mengatasi kompleksitas dampak Food Loss and Waste ini, dibutuhkan suatu pendekatan kolaborasi holistik dan terintegrasi dari tiap sektor.

“Komitmen Indonesia untuk mengatasi susut dan limbah pangan ini tertuang dalam program nasional RPJMN 2020 – 2024, dalam bentuk pengembangan ekonomi sirkular menuju ekonomi berkelanjutan dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Untuk mendukungnya, dibutuhkan kerja sama semua pihak dalam mengurangi susut dan limbah pangan ini, mulai hulu hingga hilir rantai pasok pangan,” ucapnya lagi.

Di sektor individu, yang bisa dilakukan adalah memastikan untuk membeli sesuatu yang memang sesuai dengan apa yang dikonsumsi.

“Kesannya memang sedikit. Tapi jika banyak yang melakukannya, maka akan menjadi bukit. Jadi, mulai dari individu, komunitas, lembaga, swasta maupun pemerintah, sehingga target yang diinginkan dapat tercapai,” tandasnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Executive Director Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD), Indah Budiani, yang menyatakan isu susut dan limbah pangan ini harus didorong ke private sektor.

“Di Indonesia, proses produksi pangan itu bersifat resource intensif. Maksudnya, pangan harus melalui serangkaian proses yang membutuhkan sumber daya dan waktu yang kompleks, dan memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan,” kata Indah dalam kesempatan yang sama.

Ia mencontohkan, dari sepiring sarapan yang dikonsumsi setiap orang, ada banyak sumber daya yang dibutuhkan untuk menghasilkannya.

“Misalnya, kita sarapan roti. Artinya, ada luasan lahan untuk penanaman gandum, ada jumlah air untuk mengairi lahan, ada pupuk yang dipakai, apakah organik atau berbahaya, proses produksi mengubah gandum menjadi roti dan proses transportasi dan distribusi dari pabrik menuju piring kita,” urainya.

Lihat juga...