Matinya Harimau di Pulau Sumatera tak Kunjung Usai

JAKARTA  – Setiap kali mengetahui konflik antara manusia dan satwa liar harimau, khususnya di Pulau Sumatera, selalu saja muncul harapan kasus yang terjadi sebagai terakhir kali.

Keinginan dan narasi semacam itu, alih-alih bisa diwujudkan, namun hal itu tak kunjung mampu memenuhi harapan, karena ternyata, hingga Indonesia masih berjuang mengatasi pandemi COVID-19, konflik tersebut masih terjadi.

Kasus terbaru, terjadi di Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh, di mana menimpa tiga ekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), yang ditemukan mati di Desa Ie Buboh, Kecamatan Meukek.

Cuitan pada akun Twitter Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan @KementerianLHK pada 26 Agustus 2021, yang menginformasikan “kabar yang memilukan datang dari Aceh”, kian menumbuhkan suasana duka mendalam, karena disertai foto dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh. Foto itu memperlihatkan tiga satwa dilindungi dan terancam punah itu, mati dalam kondisi mengenaskan.

Apa penyebabnya sehingga “kucing besar” endemik Sumatera itu mati?

Belum ada penjelasan resmi apa penyebabnya, namun narasi yang disematkan KLHK dalam cuitan itu adalah “Perangkap jerat diduga menjadi penyebab matinya satu induk dan dua anak harimau ini”.

Kepala BKSDA Aceh, Agus Arianto, saat mendapat laporan tersebut segera mengirimkan tim meninjau lokasi.

Lalu, tim medis, Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Polres Aceh Selatan, dan Balai Gakkum Sumatera melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan proses nekropsi.

Pemerintah menyatakan bakal bersinergi dengan para pihak untuk menindak pelaku jerat dan menjadikan hutan sebagai rumah yang aman bagi satwa liar.

Lihat juga...