Manajemen Limbah Pangan Jaga Keberlanjutan Sumber Daya

Editor: Koko Triarko

Sebagai contoh, di Pandeglang untuk ekstraksi benih dibutuhkan 8.000 ton buah semangka dan 75 ton buah melon dalam satu tahun yang berpotensi menjadi food waste.

“Biasanya saat panen kami mengundang warga sekitar untuk mengambil buah yang sudah kami ambil benihnya secara gratis. Tapi kan jumlahnya sangat banyak, dan karena sering warganya juga bosan. Sehingga ini menjadi PR buat kami agar tak jadi food waste,” ujarnya.

Contoh lainnya pada ladang labu kuning di Jember, dari satu hektare didapatkan 31.500 kilogram buah yang akan diekstraksi untuk mendapatkan 210 kg benih.

“Hanya 1 persen saja yang kami butuhkan sebagai bahan baku benih. Sehingga sisanya inilah yang harus dipikirkan,” ujarnya lagi.

Fransiska menyebutkan, untuk mencegah adanya food waste ini, perusahaannya sudah berkolaborasi dengan akademisi dan masyarakat dalam melakukan pengelolaan bahan makanan tersebut.

“Contohnya yang labu kuning itu. Kami bekerja sama dengan Universitas Jember dan komunitas Al Ikhlas lslamic untuk mengubah limbah labu kuning menjadi makanan olahan. Baik menjadi tepung maupun makanan jadi yang bisa dikonsumsi langsung oleh masyarakat. Seperti sayur labu, puding labu hingga chips labu dan kopi labu,” kata Fransiska.

Ia menyebutkan, perusahaannya sangat membuka pintu kepada berbagai pihak yang mau berkolaborasi dalam melakukan pengolahan lanjutan.

“Yang kami lakukan ini baru pada labu kuning di Jember. Sementara produk kami banyak. Seperti cabai dan tomat. Jadi kalau ada yang mau berkolaborasi, mari kita bersama melakukan pengolahan limbah atau sisa produksi. Sangat besar yang bisa kita manfaatkan untuk membantu pihak yang membutuhkan di negara ini,” pungkasnya.

Lihat juga...