PERHATIKANLAH kembali apa maksud firman Allah swt, “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (QS. Al-Qadr: 3). Bukankah ayat ini semakna dengan ungkapan Nabi Sallallahu Alaihi Wassalam? bahwa tafakkur sejenak sama dengan ibadahnya orang-orang yang tekun beribadah?
Sungguh hati yang tertutup itu benar-benar gelap gulita, membutuhkan pencerahan Ilahi agar membuka jendela-jendelanya supaya cahaya dapat memasukinya.
Berkata Jalaluddin Rumi, ketika dalam diri manusia muncul kesadaran dari kesesatan, maka itulah yang disebut keutamaan dan anugerah murni dari Allah swt. Keutamaan itu laksana percikan api, yang menimbulkan cahaya di dalam hati, menyentak lubuk hati yang terdalam dari orang yang bergelimang dalam kesesatan.
Cahaya itu ibarat tentara Allah yang diturunkan membebaskan hati yang terkepung oleh bala tentara setan, yang menyelubunginya sehingga tidak mampu menangkap pancaran sinar Ilahi.
Jangan berputus asa atas dosa-dosa yang pernah kalian lakukan. Kembalilah kepada-Nya, mohonlah bimbingan-Nya.
Bukankah Allah berfirman: “Dan kepunyaan Allah tentara langit dan bumi” (Surah Al-Fath: 4). Lalu siapakah yang mampu melawan tentara Allah? Jika Dia berkehendak membebaskan hati seorang manusia yang sedang ditawan oleh Iblis?
اَفَمَنْ شَرَحَ اللّٰهُ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِ فَهُوَ عَلٰى نُوْرٍ مِّنْ رَّبِّهٖۗ فَوَيْلٌ لِّلْقٰسِيَةِ قُلُوْبُهُمْ مِّنْ ذِكْرِ اللّٰهِۗ اُولٰۤىِٕكَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ
Afa man syaraḥallāhu ṣadrahū lil-islāmi fa huwa ‘alā nūrim mir rabbih, fa wailul lil-qāsiyati qulūbuhum min żikrillāh, ulā’ika fī ḍalālim mubīn
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya membatu)? Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S Az-Zumar [39] : 22).