Fosil Jejak Kaki di Ngawi Bisa Jadi Daya Tarik Wisata

Editor: Koko Triarko

JAKARTA – Penemuan beragam jejak fosil di Widodaren, Ngawi, tak hanya membuka pintu kajian yang lebih menjauh untuk ilmu geologi dan paleontology, namun juga dapat menjadi objek wisata, meski untuk menentukan secara detil tentang fosil jejak kaki ini masih membutuhkan penelitian lebih mendalam.

Ahli Paleontologi Badan Geologi, Prof. Fachroel Aziz, menjelaskan fosil jejak sebagai bagian dari keilmuan geologi dapat menjadi objek wisata maupun objek penelitian keilmuan lainnya.

“Kumpulan temuan fosil jejak di barat daya Ngawi, yaitu di Desa Widodaren, merupakan hal penting. Tak hanya bagi pengembangan kajian keilmuan, tapi juga bagi aset pengembangan sektor wisata,” kata Prof. Fachroel dalam bincang geologi, Minggu (26/9/2021).

Penemuannya sudah dimulai sejak  1990an di tepian Sungai Widodaren, pada tiga lapisan lahar yang diperkirakan berumur 50 sampai 250 ribu tahun lalu.

“Dalam penelitian di lapangan, ada sekitar 80 fosil jejak di lapisan lahar 1 yang diperkirakan merupakan jejak dari hewan berkuku genap, dengan ukuran relatif besar, diduga Bubalus paleokarabau, yang didukung dengan penemuan fosil potongan tanduk, rahang bawah sebelah kanan dan beberapa gigi bagian atas,” paparnya.

Kepala Museum Geologi Paleontologi, Iwan Kurniawan, ST, saat menunjukkan lokasi site penemuan beragam fosil jejak kaki dan salah satu fosil jejak kaki di tepian Sungai Widodaren Ngawi, dalam acara bincang geologi, Minggu (26/9/2021). –Foto: Ranny Supusepa

Sementara pada lapisan lahar 2 ditemukan beberapa fosil jejak yang belum bisa ditentukan berasal dari hewan apa. Karena kondisi fosil jejak yang tak terlalu jelas bentuknya.

Lihat juga...