Menengok Kearifan Lokal Nelayan di Lampung Selatan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Ekspektasi mendapat ikan dalam jumlah banyak kerap hanya mendapat hasil terbatas, cukup untuk konsumsi keluarga.
Masa halong atau mendapat hasil tangkapan ikan dalam jumlah banyak sebut Hasanudin jadi harapan nelayan. Sekali melaut ia hanya bisa mendapatkan belasan ekor ikan.
Jenis ikan simba porong, simba besar atau mamung, kakap putih, selar dan tengkurungan. Berbagai jenis ikan lain bisa diperoleh menyesuaikan musim. Meski hasil tangkapan terbatas, ia tetap menekuni usaha sebagai nelayan.
“Laut memberikan hasil sesuai kebutuhan, mengajarkan untuk bersyukur pada pemberian Sang Kuasa pemilik perairan,” terang Hasanudin.
Hasanudin berkisah melaut menjadi cara untuk merenung. Bekerja sebagai nelayan sebutnya bukan hanya kesempatan untuk mendapatkan ikan.
Ia bisa menikmati kesendirian di tengah laut sembari mencari ikan. Lebih banyak berbicara dengan diri sendiri dan berdoa untuk mendapatkan hasil tangkapan. Menjaga perbuatan, kata-kata dan hati bersih sebutnya selalu diyakini saat berangkat melaut.
Doa sang istri sebutnya sangat mendukung. Saat memiliki jenis perahu kasko bertenaga diesel ia mengaku kerap mengajak Tuti sang istri.
Namun imbas tsunami 22 Desember 2018 perahu miliknya terkendala pada bagian dinding. Ia memilih mengganti perahu dengan ukuran yang lebih kecil namun masih tetap bisa digunakan. Sang istri kini hanya bisa membantu sejumlah pekerjaan di darat.
“Saat saya mendapatkan hasil tangkapan istri bisa menjualnya keliling pada warga yang berminat,” ulasnya.
Tuti, sang istri menyebut musim angin tenang, gelombang bersahabat menjadi peluang untuk sang suami melaut. Ia telah menyediakan termos berisi kopi, air panas lengkap dengan gula, kopi bubuk dan gelas.