DUA bulan berlalu ketika aku memutuskan untuk berangkat melanjutkan studiku ke Belanda. Lebih tepatnya di Universitas Leiden.
Pertama kali sampai di sini, perasaanku begitu bahagia sekaligus gelisah. Kebahagiaan tentu menyelimuti karena tak lepas dari terpenuhinya keinginanku untuk kuliah di salah satu tempat yang menyimpan banyak rahasia sejarah negaraku, Indonesia.
Banyak hal yang tak tercatat dan diketahui oleh orang-orang di negara kami sendiri mengenai sejarah dan juga peristiwa di masa lalu. Hal ini yang membuatku begitu bahagia.
Namun di sisi lain, kegelisahan juga menyergapku. Gelisah itu bermula ketika aku tak memiliki teman di sini. Tapi ternyata hal itu tak berselang lama. Satu kegelisahan memudar ketika aku berkenalan dengan Ellen Maharani.
Pertemuanku dengan Ellen terjadi secara tak sengaja di taman pinggir kanal Nieuwe Rijn yang berada tak jauh dari kampus. Saat itu aku baru saja usai menyelesaikan kuliahku dan aku berencana untuk kembali ke apartemen di dekat Restaurant Surakarta yang terletak di jalan Noordeinde.
Tapi saat itu aku putuskan untuk mampir ke taman kanal yang juga searah, tak ada salahnya sesekali mampir, pikirku.
Ketika sampai di sana, aku baru menyadari bahwa ada seseorang yang mengikuti dengan menggunakan sepeda. Aku memang selalu menggunakan sepeda untuk ke kampus dan seolah dia mengikutiku kali ini.
Kami pun berkenalan, ternyata rumah Ellen tak jauh dari apartemenku bahkan searah. Ia menyadari bahwa aku juga kuliah di Universitas Leiden dan dia sering melihatku ketika berangkat dan pulang.
Ia pun lantas menjelaskan padaku dan akhirnya kami menjadi begitu dekat. Dari kedekatan kami, aku menyampaikan padanya bahwa aku berasal dari Indonesia. Dia kaget bukan kepalang.