PHT dengan Bahan Organik Cegah Kerusakan Lingkungan

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Sistem pertanian berbasis pendekatan ekologis menjadi cara sederhana untuk menyelamatkan lingkungan.

Robiin, petani hortikultura di Desa-Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan, menyebut sektor pertanian berperan dalam menjaga lingkungan, salah satunya melalui pengendalian hama terpadu (PHT) yang dilakukan dengan memanfaatkan kearifan lokal.

“Langkah tersebut bisa dilakukan dengan teknik hayati dengan bahan organik. Misalnya, membuat campuran daun mindi dan daun sirsak yang difermentasi, untuk menyemprot hama lalat buah dan ulat,” kata Robiin, saat ditemui Cendana News, Rabu (23/6/2021).

Robiin juga menyebut, pada tanaman tomat dan labu madu, ia menggunakan perangkap botol. Memakai botol bekas air minum, perangkap dibuat berlubang dan diberi perekat sekaligus umpan. Perangkap itu akan menarik kumbang dan lalat buah yang berpotensi merusak buah pada masa pertumbuhan. Pemakaian media tanam kompos, mulsa plastik, juga mengurangi gulma rumput.

Perangkap hama lalat buah pada tanaman labu madu milik Robiin memakai perekat dan umpan, Rabu (23/6/2021). -Foto: Henk Widi

“Tujuan pengendalian hama terpadu agar bahan kimia pencemar udara, tanah dan air bisa diminimalisir. Apalagi, pertanian hortikultura dikenal kerap memakai bahan kimia untuk pengendalian hama dan mempercepat proses panen, saya mencoba menguranginya,” terang Robiin.

Bahan organik yang mudah diperoleh, diakui Wiyono, petani padi di Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan. Ia mengaku memakai daun pepaya, talas dan singkong untuk mengumpulkan hama keong mas. Daun-daun tersebut diletakkan di pojok setiap petak sawah. Ketika hama keong mas memakan daun tersebut, pemungutan bisa dilakukan untuk bahan pakan bebek dan entok.

Lihat juga...