Penebangan Pohon Kelapa di Lamsel Tanpa Regenerasi Bibit Baru

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Tingkat penebangan pohon kelapa untuk pemanfaatan bahan bangunan tanpa diiringi penanaman sebut Giyadno jadi tantangan.

Ia menyebut sebagian petani penanam kelapa mulai melakukan penanaman cultivar atau varietas genjah. Jeni tanaman kelapa yang mulai berbuah usia lima tahun jenis kelapa merah, wulung dan entok. Hanya kelapa hijau yang bisa dideres sebagai bahan pembuatan gula kelapa.

Varietas kelapa merah milik petani sebagian dipanen saat muda untuk diambil degan. Di Bakauheni, Giyadno mengaku hanya menyewa sebanyak 70 batang kelapa dari lahan milik belasan petani.

Petani rata-rata memiliki 5-6 batang kelapa untuk dideres pada lahan kebun dan pekarangan. Sebagian dipergunakan sendiri untuk bahan kebutuhan bumbu dapur.

“Sebagian petani menanam bibit kelapa baru, namun belum produktif dengan masa tunggu bisa tiga tahun mendatang baru bisa dideres,” ulasnya.

Sebagian petani sebutnya memiliki kesadaran untuk meregenerasi tanaman kelapa. Sistem tebang pilih dilakukan hanya pada pohon kelapa yang tidak produktif.

Pohon kelapa yang telah berusia lebih dari 20 tahun dengan hasil buah minim ditebang untuk diganti tanaman baru. Kultivar kelapa genjah, hibrida yang ditanam sejak lima tahun silam sebagian telah bisa dideres untuk menghasilkan gula kelapa.

Meski alami pengurangan, Giyadno mengaku masih bisa menghasilkan sebanyak 220 kilogram gula kelapa per dua pekan. Setiap dua hari dari proses menderes bunga kelapa ia mendapatkan 12 jeriken menghasilkan 55 kilogram gula kelapa.

Selama pohon kelapa masih dipertahankan, ia masih bisa memproduksi gula kelapa setiap pekan. Per kilogram gula kelapa dijual ke pengepul seharga Rp15.000.

Lihat juga...