Penebangan Pohon Kelapa di Lamsel Tanpa Regenerasi Bibit Baru
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Kebutuhan komoditas pertanian kelapa penghasil buah, gula kelapa, menghadapi tantangan penebangan.
Giyadno, salah satu petani perajin gula kelapa menyebut tingkat penebangan pohon kelapa masif terjadi pada kurun 2015-2017 di Lampung Selatan (Lamsel). Penebangan dilakukan pada perkebunan milik petani untuk pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).

Selain untuk infrastruktur jalan, komoditas pertanian pohon kelapa ditebang untuk bahan bangunan. Sejumlah warga yang tanahnya digusur memakai lahan kebun dan batang kelapa sebagai bahan bangunan.
Meski sebagian petani melakukan penanaman namun hasil penanaman sejak 2018-2021 sebagian belum produktif atau berbuah. Selain belum hasilkan buah, petani pembuat gula kelapa harus kekurangan bahan baku.
Suyidno, warga Desa Batuliman, Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan mengaku harus berpindah tempat. Ia mencari lahan pertanian yang masih memiliki pohon kelapa produktif untuk penghasil nira.
Rata-rata satu petani produsen gula kelapa akan menyewa sebanyak 70-100 batang. Ia telah menyewa pohon kelapa mulai harga Rp50.000 hingga kini Rp100.000 per batang per tahun.
“Saya memiliki sekitar seratus batang pohon kelapa yang saya sewa dari petani pemilik kebun di Candipuro namun sebagian tergusur pembangunan Jalan Tol Sumatera, akhirnya saya pindah karena mencari lokasi kebun milik petani yang bisa dideres, tidak semua petani mengizinkan perajin gula kelapa menyewa pohon,” terang Giyadno saat ditemui Cendana News, Senin (14/6/2021).