Proses Fermentasi Hasilkan Dua Kuliner Lezat Khas Lebaran di Lamsel
Editor: Makmun Hidayat
LAMPUNG — Kekayaan warisan tradisi kuliner erat kaitannya dengan nilai kearifan lokal masyarakat pedesaan. Kuliner yang dibuat untuk sajian khas jadi menu istimewa berupa tempe benguk goreng dan tape atau tapai ketan hitam.
Wahyudi dan Tri Yuniati di Desa Bangunrejo, Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan menyebut kuliner itu dibuat melalui fermentasi.
Tempe benguk menurut Wahyudi merupakan kuliner hasil olahan dari kacang. Jenis kacang benguk yang berasal dari tanaman merambat butuh pengolahan dengan proses fermentasi. Kacang benguk yang telah kering akan direndam lalu dibersihkan bagian kulit ari. Proses tersebut membutuhkan waktu sekitar dua hari dan direbus agar kacang benguk lebih empuk.

Selanjutnya kacang benguk sebut Wahyudi akan diaru atau dicampur dengan ragi. Usai proses pencampuran dengan ragi kacang benguk akan dibungkus memakai daun pisang. Daun pisang lalu ditali memakai pelepah pisang. Proses fermentasi akan mematangkan benguk menjadi tempe setelah tiga hari. Tempe benguk bisa diolah menjadi sajian kuliner bervariasi sesuai selera.
“Setelah kacang benguk menjadi tempe selanjutnya bisa diolah dengan bumbu bacem lalu bisa digoreng agar lebih renyah dan garing, tambahan penyedap rasa menjadikan kuliner tempe benguk sajian istimewa untuk lebaran Idul Fitri,” terang Wahyudi saat ditemui Cendana News, Sabtu (15/5/2021).
Tempe benguk yang digoreng sebutnya cocok disajikan dalam kondisi hangat. Saat lebaran Idul Fitri Wahyudi menyebut tempe benguk goreng bisa dihidangkan bersama dengan juadah serta lemper ketan. Listiana yang menikmati tempe benguk goreng menyebut sajian itu hanya dijumpainya saat lebaran Idul Fitri. Proses fermentasi membuat tempe benguk jadi hidangan lezat saat digoreng.