Curah Hujan Tinggi, Tanaman Rosela di Sikka Sempat Terserang Hama
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
Iking menerangkan, kalau dipanen setelah kelopak buahnya terbuka maka akan mengalami kesulitan sebab kulit bagian dalam kelopaknya tajam sekali.
Mantan Kepala Desa Langir ini menyarankan agar rosela lebih baik dipanen sebelum kelopaknya terbuka dan setelah panen dijemur di bawah sinar matahari hingga layu.
Ia menambahkan, setelah kelopaknya terbuka baru diambil kelopaknya untuk diproses menjadi teh atau kopi rosela.
“Kalau panennya sudah pas maka bijinya berwarna cokelat tua tapi kalau buahnya masih muda maka warna bijinya cokelat muda. Kalau musim panas, biasanya 2 sampai 3 bulan setelah ditanam sudah berbuah,” terangnya.
Iking menyebutkan, keuntungan menanam rosela yakni sering berbuah selama pohonnya tidak layu atau mati dan bisa dipanen hingga 4 kali.
Namun tanaman rosela di kebunnya setahun sekali ditebang dan diganti dengan tanaman yang baru.
Sementara itu, Wenefrida Efodia Susilowati mengakui menanam dan membeli rosela dari para petani dimana saat musim hujan kesulitan mendapatkan stok.
Susi sapannya mengaku membeli rosela untuk diolah lagi menjadi teh dan wisatawan asing yang biasa menginap di home stay miliknya sangat menyukai minum teh rosela.
“Memang potensinya bagus namun belum banyak warga lokal yang mengkonsumsi teh atau kopi rosela. Padahal sangat baik bagi kesehatan juga,” ungkapnya.