Ramadan, Relawan Literasi Tetap Semangat Ajak Mencintai Buku
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Mufrodi bilang, selama masa pandemi Covid-19 pola belajar anak berubah. Semula anak usia sekolah lebih banyak melalukan kegiatan belajar tatap muka.
Namun setelah sistem belajar dalam jaringan (daring) anak dominan memakai gawai. Sistem belajar memakai gawai tersebut kerap menggeser kecintaan pada aktivitas membaca buku. Namun ia tidak kehilangan akal, rumah jadi tempat membaca buku.
Memiliki anak yang masih bersekolah membuat Mufrodi tetap semangat mengajak mencintai buku. Memiliki rumah dengan tempat duduk di teras, kursi di bawah pohon membuat anak-anak kerap datang.
Meski semula memiliki koleksi puluhan buku namun berkat dukungan dari donatur bukunya bertambah. Forum Literasi Lampung (FLL) sebutnya menjadi donatur penambah koleksi buku.
“Saya terus berusaha agar anak-anak di desa saya tetap mencintai buku, bisa meminimalisir pemakaian gawai hingga kecanduan,” terang Mufrodi.
Mufrodi yang memiliki panggilan Mbah Buyut di kalangan anak-anak, relawan literasi, mengaku edukasi mencintai buku ikut mengalami pergeseran.
Sebelum Covid-19 ia bisa leluasa berkeliling kampung. Namun selama anak-anak tetap membaca buku protokol kesehatan dengan penyiapan tempat cuci tangan disediakan. Waktu yang digunakan juga fleksibel memberi kesempatan anak membaca buku kapan pun.
Husnul Khotimah, salah satu anak di Desa Mataram Baru menyebut, ia mengisi waktu Ramadan dengan membaca buku.
Sejumlah aktivitas yang tetap dilakukan olehnya dengan melalukan kegiatan belajar daring. Selain mengisi absensi secara online, sejumlah tugas dikerjakan dengan aplikasi WhatsApp. Membaca buku di perpustakaan Mbah Buyut nyaman dengan koleksi buku beragam.