Peminat Tinggi, Produk UMKM Kerupuk Kolang Kaling Laris Manis
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
“Kalau sudah kering, kerupuk kolang kaling pun siap digoreng. Rasanya enak dan renyah,” terangnya.
Awalnya, Sarmini mengaku hanya memproduksi kerupuk kolang kaling rasa original atau bawang putih, namun seiring permintaan pasar dirinya menambahkan rasa udang dan ikan.
“Saya pakai sari udang atau ikan, ditambahkan sebagai perasa, saat bahan baku dibumbui,” lanjutnya.
Usaha yang baru dirintis pada awal pandemi covid-19 atau sekitar April 2020 lalu tersebut, bukan tanpa kendala. Khususnya dari segi pemasaran.
“Awalnya hanya memanfaatkan kenalan atau masyarakat sekitar yang membeli, namun ketika ada kegiatan saya di kota Semarang atau di kelurahan, juga diikutkan pameran,” papar wanita, yang tergabung dalam UMKM Gerakan Terintegrasi Koperasi dan Usaha Mikro (Gerai Kopimi) Kampung Kokolaka Jatirejo Gunungpati tersebut.
Lambat laun produk tersebut pun mulai dikenal masyarakat. “Saat ini sudah mulai melayani penjualan secara online, juga ikut pameran-pameran juga. Peminat juga sudah tinggi, sehingga harapannya bisa meningkatkan produksi,” terangnya.
Sejauh ini seluruh proses produksi masih dilakukan secara tradisional, sehingga kuantitas produk yang dihasilkan masih belum maksimal. Selain itu, dalam pemasaran juga masih banyak yang mengandalkan pesanan.
“Ini yang sedang saya upayakan agar ada peningkatan produksi, sebab kerupuk kolang kaling ini sudah banyak peminatnya bahkan sampai luar Jawa,” tegasnya.
Sarmini menuturkan harga kerupuk kolang kaling relatif terjangkau, untuk ukuran 250 gram kerupuk mentah dijual Rp 10 ribu ke pembeli atau Rp 8 ribu ke reseller. “Ini juga membuka usaha bagi masyarakat yang ingin menjual kembali, tetap dengan harga Rp 10 ribu, karena harga reseller Rp 8 ribu, jadi masih bisa mendapat keuntungan,” tandasnya.