Optimalkan Mesin Pendingin, Jaga Kualitas Pengawetan Ikan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Semua jenis ikan tersebut masih bisa menjadi produk turunan berupa kerupuk, pempek, otak otak, bakso, tekwan hingga campuran bubur.
Agar stok selalu tersedia, saat paceklik ikan ia mengaku mesin pendingin sangat diperlukan. Ikan yang disimpan dalam lemari pendingin bisa digunakan sewaktu-waktu.
Stok ikan sebutnya diperoleh dari gudang lelang dari hasil tangkapan nelayan Teluk Lampung. Mesin pendingin sebutnya bisa menyimpan ikan segar dan daging ikan giling maksimal hingga dua bulan.
“Keberadaan mesin pendingin membantu pelaku usaha menyediakan stok, namun setiap pekan stok selalu habis terutama selama Ramadan,” ungkapnya.
Darwanti, produsen makanan berbahan ikan mengaku, daging ikan yang dipakai selalu segar. Bahan daging ikan selanjutnya dicampur dengan tepung sagu dan bumbu.
Produk yang dihasilkan berupa otak otak, bakso, pempek, siomay. Pasokan dari pemilik usaha ikan giling yang lancar memberinya peluang usaha untuk mendapat sumber ekonomi. Rata-rata kebutuhan ikan giling mencapai 20-30 kilogram per hari.
Selama bulan Ramadan stok ikan giling dari sejumlah pemilik usaha penggilingan selalu lancar. Berbagai jenis produk kuliner yang dihasilkan selain dijual pada lapak pasar Gudang Lelang juga dijajakan pada pasar takjil.
Lokasi pasar takjil di Jalan Sriwijaya Enggal setiap sore meningkatkan omzet penjualan. Saat kondisi normal ia beromzet ratusan ribu, kini lebih dari Rp1 juta.
“Kuncinya memiliki mesin pendingin karena otak otak dan produk olahan akan dibakar sehingga stok selalu segar,” ungkapnya.
Wawan, pedagang ikan kering menyebut, bahan baku ikan asin dan ikan kering diperoleh dari nelayan. Sebelum dikeringkan saat hasil tangkapan melimpah bahan baku disimpan pada lemari pendingin.